RAMADHAN bulan mulia, bulan beribadah. Semua Umat Islam tentu mengurangi aktifitas rutinnya dan akan lebih fokus kepada ibadah untuk taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah). Selain berpuasa, memperbanyak Shalat sunat, zikir, membaca qur`an, iktikaf di masjid, bersedekah, menahan diri dari perbuatan keji dan mungkar serta lain-lainnya.
Orang yang beribadah di bulan Ramadhan mestinya menggunakan strategi berorientasi kepada hasil. Berlomba-lomba beribadah dengan strategi yang benar seperti strategi orang mengikuti pertandingan lomba lari. Nilainya semakin dipenghujung semakin tinggi karena akan menentukan hasilnya.
Pada start awal, untuk Ramadhan sepuluh hari pertama, semestinya para pelari atau orang yang beribadah masih biasa saja dulu, tidak menggebu-gebu. Pada tahap ini yang mau diraih orang beribafah adalah rahmat Allah.
Dipertengahan, untuk Ramadhan sepuluh hari kedua akan semakin meningkatkan kecepatannya berlari atau beribadah. Ini untuk membangun semangat menuju garis finish, tapi masih mengumpulkan sisa tenaga untuk periode akhir. Pada periode ini yg mau diraih orang beribadah adalah Maghfirah (keampunan) dari Allah.
Pada tahap akhir untuk Ramadhan sepuluh hari ketiga, akan berlari atau beribadah secepatnya, semaksimalnya, menggunakan sisa tenaga akhir, agar bisa mencapai garis finish, lalu tampil menjadi sang juara.
Bagi yang memenangkan pertandingan, dapat mengalahkan banyak peserta lain yg kurang termotivasi diri untuk memenangkan pertandingan mencari lailatul qadar yang nilainya satu malam saja lebih baik dari seribu bulan. Hadiah utama yang akan di raih adalah menjadi “insan Taqwa”. Nilai yg sangat tinggi untuk manusia.
Mengapa dalam prakteknya orang Islam di Indonesia dan beberapa negara lain rata-rata menggunakan strategi beribadah di bulan Ramadhan terbalik, tidak berorientasi kepada hasil. Keadaannya malah seperti jantung pisang, gemuk di awal kurus di akhir.
Kita menyaksikan sendiri, pada awalnya jamaah menggebu-gebu datang ke rumah ibadah untuk beribadah, semua masjid dan surau sangat penuh diserbu oleh jamaah sampai luber.
Pada pertengahan Ramadhan keadaan jamaah sudah longgar, setengah masih berada di masjid dan setengah sudah sibuk urusan macam-macam di luar masjid. Di masjid terlihat lengang, tinggal beberapa orang saja yaitu orang tua dan anak-anak, sangat sedikit pemudanya.
Di penghujung Ramadhan jamaah terlihat sudah sepi dan lesu, lebih sedikit lagi. Suasananya bagaikan pertandingan belum usai peserta sudah tidak terlihat lagi dilapangan, ini permainan yang tidak sportif.
Sebagian orang ada di Mal dan di pasar tradisional, sebagian sibuk persiapan hari raya dan sebagian besar malah berada di jalanan raya karena mudik mengejar acara merayakan Idul Fitri du kanpung hakaman. Semoga bukan kita orangnya yang bertingkahlaku demikian dan kita termasuk orang yang ikut berjuang untuk mengembalikan strategi yang benar dalam beribadah di bulan Ramadhan.
Di Jakarta sekarang Alhamdulillah, sudah ada kebiasaan baru, beribadah kembali kepada ajaran yang benar. Sebagian jamaah beriktikaf sepanjang malam satu malam pada malam 27 Ramadhan. Ada juga sudah mengamalkan penuh selama sepuluh hari terakhir Ramadhan ber iktikaf sepanjang malam di masjid diisi dengan berbagai kegiatan ibadah semalam suntuk termasuk melakukan muhasabah dan sahur bersama.
Kita patut bersyukur bahwa kebiasaan ini terjadi terutama di masjid-masjid besar di ibukota Jakarta seperti; Masjid istiqlal, masjid Attin TMII, Masjid Sunda Kelapa, masjid Cut Mutia, Masjid Bank Indonesia, Masjid di Islamic Village Tangerang, dan lainnya. Datanglah bergabung kesana bagi yang bisa.
Semoga kebiasaan ini akan merambah ke seluruh masjid di Nusantara Indonesia, sebagai contoh yang benar dari penduduk Muslim terbesar di dunia.
Awalnya kegiatan ibadah ini hanya satu malam beribadah sampai pagi sahur bersama di masjid, acara diisi dengan kegiatan tilawah Al Qur an oleh Qori Qoriah ternama, atau dibaca bersana-sama, shalawat, zikir, doa dan muhasabah, lalu sahur bersama disiapkan panitia gratis. Cukup mengesankan.
Kegiatan ini setahu saya diawali di Islamic Village tangerang sejak pulihan tahun lalu. Alhamdulillah kini kegiatan seperti ini sudah berkembang dimana-mana. Saya juga ikut melakukannya baik saat berada di dalam negeri maupun saat berada di luar negeri.
Mari beribadah Ramadhan dengan strategi yang jitu. Semoga kita meraih hasil perjuangan beribadah yang baik dan benar selama Ramadhan, sehingga kita dekat dan disayang Allah serta diberinya titel hamba yang bertaqwa.
Amin.
Penulis: Abdul Mun im Ritonga, SH.MH.