JAKARTA – Ormas Islam Al Jam`iyatul Washliyah (Al Washliyah) mendesak pemerintah Indonesia dan Negara OKI (Organisasi Konfrensi Islam) membantu pengungsi Muslim Rohingya dan Bangladesh. Menurut Syamsir Bastian Munthe, Sekretaris PB Al Washliyah, pengungsi tersebut adalah saudara sesama muslim yang membutuhkan uluran bantuan.
“Kepada pengurus wilayah Al Washliyah di Aceh dan Sumatera Utara supaya berkoordinasi dengan aparat terkait. Pengurus Al Washliyah hendaknya dapat membantu pengungsi muslim semampunya,” harap Syamsir di Jakarta, Kamis (21/5/2015) sore.
Sebagai Ormas Islam, kata Syamsir, bisa menawarkan koordinasinya dengan pemerintah Indonesia, khusus membantu penanganan pengungsi Muslim Rohingya dan Banglades, namun demikian, Al Washliyah, yang bergerak di bidang penddikan, dakwah dan amal sosial menunggu kerjasama dan ajakan pemerintah Indonesia.
Sementara itu, Indonesia telah menerima eksodus ribuan pengungsi Rohingya ke Tanah Air. Lebih dari 1.300 pengungsi berdiam diri di sejumlah wilayah di Indonesia. Bahkan, tak hanya Rohingya, pemerintah Indonesia juga hingga Maret 2015 juga telah menampung sekitar 11.941 pengungsi dari sejumlah negara lainnya.
Pemerintah Amerika Serikat mengapresiasi langkah Pemerintah Indonesia yang menampung untuk sementara ribuan pengungsi Rohingya yang terdampar di lautan. “Atas nama Pemerintah Amerika Serikat, kami mengapresiasi langkah-langkah yang diambil oleh Pemerintah Indonesia yang berkenan menyediakan tempat penampungan bagi ribuan pengungsi Rohingya,” terang Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Robert O Blake saat berkunjung ke kantor Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Jakarta, Kamis (21/5).
Ikut mendampingi Menag, Kepala Balitbang dan Diklat, Abdurrahman Mas’ud, Karo Hukum dan KLN, Gunaryo, serta Kabag Kerja Sama Luar Negeri Kemenag, Agus Sholeh.
Kepada Menag, O Blake bahkan menyampaikan keinginannya untuk ikut membantu Indonesia dalam menangani masalah pengungsi Rohingya. “Jika diizinkan, kami berkeinginan untuk ikut membantu dengan menanggung sebagian biaya yang telah dan akan dikeluarkan, hingga mereka mendapatkan tempat, dan ini bisa bekerja sama dengan UNHCR,” jelasnya.
Atas keinginan baik AS, Menag mengucapkan terima kasih. Menurutnya, permasalahan Rohingya memang bukan masalah yang sederhana. “Apa yang kami lakukan, adalah tentang kemanusiaan. Kita harus mencari akar masalah pengungsi Rohingya, dengan melibatkan Myanmar dan Bangladesh. Kami juga sangat terbatas. Kami sangat berterima kasih, jika Pemerintah AS berkenan memberikan masukan dan pendapat juga. Selain juga bantuan riil dari PBB agar para pengungsi ini, bisa kembali ke tempat asal atau hidup secara layak,” harap Menag.
Blake mengaku pemerintahnya sedang mencari jalan keluar, apakah ada kemungkinan menempatkan para pengungsi Rohingya tersebut di negara-negara anggota OKI.
(*/esbeem)