SALAH satu yang menjadi pertayaan para peniliti di bidang fisika hingga hari ini adalah mencari cara menembus dimensi waktu hingga bisa melakukan perjalanan ke alam semesta ini yang terdiri dari ribuan galaksi dan tata surya, bahkan Albert Einstein pernah mengatakan bahwa kita sebenarnya bisa menjelajah waktu ketika kita bisa menciptakan sebuah benda yang bisa melebihi kecepatan cahaya 300.000 Km perdetik.
Dalam teori dan ternyata cuma satu manusia yan pernah sukses melakukan perjalan waktu atau trevelling time dia adalah Nabi Muhammad SAW. Peristiwa itu terjadi pada 27 Radjab 621 Masehi. Dan peristiwa perjalanan keluar angkasa tersebut menembus alam semesta diabadikan dalam Alquran sebagai peristiwa Isra Mi’raj, sesuai firman Allah SWT:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (١
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah diberkahi sekelilingnya oleh Allah agar Kami perhatikan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS Al Isra:1).
Dari penjelasan ayat tersebut kita bisa menarik 8 kata kunci perjalanan dimensi waktu tersebut:
Pertama, terdapat pada kata Subhanallah, Maha Suci Allah. Hal ini mengisyaratkan bahwa persitiwa ini sangat luar biasa. Sakin spesialnya kejadian ini, sakin luar biasanya maka dijamin dari sejak awal alam semesta diciptakan hari kiamat tidak ada satupun manusia yang bisa menjelajahi alam semseta ini kecuali Nabi Muhammad SAW.
Kedua, terdapat kata kata Asraa yang mengandung makna diperjalankan. Ini berarti bahwa perjalanan Isra Mi’raj bukan atas kehendak Rasulullah, melainkan kehendak Allah. Dengan kata lain, kita juga memperoleh ‘bocoran’ bahwa Rasul tidak akan sanggup melakukan perjalanan itu atas kehendaknya sendiri. Sakin dahsyatnya perjalanan ini, jangankan manusia biasa, Rasul sekali pun tidak akan bisa tanpa diperjalankan oleh Allah.
Lalu Allah lantas mengutus malaikat Jibril untuk membawa Nabi melanglang ‘ruang’ dan ‘waktu’ di dalam alam semesta ciptaan Allah. Mengapa Jibril? Sebab Jibril merupakan makhluk dari langit ke tujuh yang berbadan cahaya. Dengan badan cahayanya itu, Jibril bisa membawa Rasulullah melintasi alam semesta ini dan dengan mengendarai burag sejenis kendaraan yang lebih cepat dari cahaya kilat,
Dan kendaraan buraq ini mengantarkan Nabi dan malaikat Jibril ke Sidratul Muntaha tempat Allah bersemayam di Arsy. Berapa jarak antara planet bumi dan Arsy wallahualam. Jarak antara matahari dan bumi 150.000.000 KM dibutuhkan waktu 8 menit agar cahaya sampai kebumi. Jarak antara galaxy bima sakti dengan saudara dekatnya Andromeda menurut para ahli 2,5 juta tahun cahaya. Baik galaxy bima sakti maupun Andromeda adalah masih dalam tantanan alam semesta.
Sedangkan kedudukan Arsy Allah di luar dari pada ether dunia ini…bagaimana mungkin seorang Muhammad dapat melakukan perjalanan hebat ini hanya dalam waktu satu malam saja. Di sinilah letaknya Iman yang juga tidak bisa diukur dengan mesin apapun. Mau tidak mau baginda nabi menggunakan mesin waktu (Buraq) yang melesat di atas kecepatan cahaya.
Contoh misalnya kecepatan cahaya 300.000km perdetik dan satu hari disisi Allah = 1000 tahun didunia maka 1000 x 365 x 24 x 60 x 60 = 31.536.000.000 detik. Apabila di kalikan lagi dengan kecepatan cahaya = 9.460.800.000.000.000. Apakah ini kecepatan kendaraan nabi dalam hitungan detik wallahualam. Itupun kalau jarak Arsy Allah berjarak seribu tahun cahaya. Kenyataannya Arsy Allah di luar dari alam semesta ini. karna itu ayat ini menjelaskan bahwa Rasulullah diperjalankan atas kekuasaan Allah SWT.
Ketiga, terdapat dalam kata ‘abdihi, Hamba-Nya. Hal ini berarti bahwa tidak semua orang secara sembarangan mampu melakukan perjalanan Isra Mi’raj. Perjalanan fantastis yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang sudah mencapai tingkatan ‘abdihi, hamba-Nya. Atau dalam istilah Quraish Shihab sebagai insan kamil. Dan abdhi ini bisa diartikan adalah manusia yang terdiri dari jasmania dan rohani, jadi Isra Mi`raj itu bukanlah mimpi yang dialami Rasulullah, tapi perjalanan jasmaniah dan rohaniah
Keempat, dalam kata Laila, malam hari. karena pada malam hari mengandung makna yang sangat dalam kondisi pada malam hari sangat tenang dan jauh dari radiasi matahari yg tentu saja membahayakan tubuh Nabi,selain itu malam hari adalah malam yang mndekatkan seorang hamba dengan Allah SWT dan disunnahkan shalat tahajjud tengah malam
Kelima, terdapat dalam kata minal Masjidil haram ilal masjidil Aqsha, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. karena kedua mesjid ini baik Mesjid Aqsa dan Mesjidil Haram memiliki energi positif yg sangat besar karena sejak penciptaan manusia hampir semua Nabi dan Rasul pernah melakukan ibadah di kedua mesjid ini.
Bahkan bangunan tertua dimuka bumi ini adalah ka’bah yg terdapat dalam kawasan Mesjidil Haram, sedangkan mesjid Aqsha adalah mesjid di mana ummat Islam pertama kalinya dalam melakukan shalat menghadap ke mesjid Aqsha dan diduga disanalah sebelumnya singga sana Nabi Sulaiman berdiri, dimana nabi Sulaiman menguasai memiliki kekuasaan yang hebat dan pengetahuan teknologi yang tinggi, serta menguasai jin,binatang dan manusia.
Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha dijadikan sebagai terminal pemberangkatan dan kedatangan. Hal ini mirip dengan tabung transmitter dan recieveri, yang dipergunakan dalam proses perubahan badan Nabi Muhammad dari materi menjadi cahaya jauh lebih mudah. Apalagi proses itu melalui ‘operasi’ lewat perantara Jibril yang memang makhluk cahaya. Maka semuanya berjalan dengan lancar sesuai kehendak Allah. Dia-lah yang berkehendak, sedang Jibril yang melaksanakannya.
Keenam, yakni dalam kata baaraknaa haulahu, Kami berkahi sekelilingnya. bahwa perjalanan Isra Mi`raj itu memang sangat diberkahi karena tanpa izin Allah perjalanan lintas dimensi waktu itu bisa dilalui Rasulullah SAW.
Ketujuh, terdapat dalam kata linuriyahu min ayaayaatina, tanda-tanda kebesaran Allah. Ya, tepat sekali Isra Mi’raj adalah salah satu tanda kebesaran Allah yang Maha Hebat. Dalam perjalanan itu Rasul menyaksikan pemandangan yang luar biasa, melihat para nabi baik di langit pertama maupun langit ketujuh serta menyaksikan alam neraka dan surga di akhirat kelak.
Dan kata kunci yang terakhir atau kedelapan adalah innahu huwas samii’ul bashir, sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat. Ini adalah proses penegasan informasi kalimat sebelumnya. Dengan adanya kalimat ini, Allah memberi jaminan kepada kita bahwa apa yang telah Dia ceritakan dalam ayat ini adalah benar adanya. Kenapa? Karena berita ini datang dari Allah, Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Maka tak perlu ada keraguan tentang kisah perjalanan melewati dimensi waktu ini.
(kompasiana/daftar pustaka, agus Mustofa ,buku terpesesona disidratul mutaha, 2008/esebeem)