TANJUNGBALAI – Al Washliyah Tanjungbalai mengingatkan elit bangsa ini tidak ikut-ikutan menolak hukuman mati bagi bandar Narkoba dengan alasan HAM. Pernyataan menolak hukuman mati para bandar zat terlarang itu malahan menambah kekisruhan di bangsa Indonesia. Padahal dampak yang akibatkan Narkoba, ribuan nyawa generasi bangsa melayang sia-sia.
“Jangan latah menolak hukuman mati dengan alasan HAM. Padahal ribuan anak manusia mati karena Narkoba,” kata Ketua Al Washliyah Tanjungbalai Gustami,S.Sos.I.M.MPd.
Ditambahkannya, Narkoba telah membuat generasi menjadi gila, anak-anak muda hancur masa depannya karena berada dalam tahanan. “Di mana keberadaan HAM? Hari ini orang tua gelisah hampir tidak punya ketenangan jiwa melihat kondisi ini,” ungkap di hadapan tokoh Ormas Islam di kantor Kementerian Agama Tanjungbalai.
Kini kata Gustami yang juga seorang ustadz, semua masyarakat gelisah dengan Narkoba yang kian merebak. Bahkan Narkoba telah merambah ke kalangan anak-anak kecil dalam bentuk permen, kue dan lain-lain. “Hidup di negera ini tanpa ketenangan, apakah ini dinamakan kemerdekaan? Ketakutan senantiasa menghantui, rasa cemas dan gelisah. Apakah ini gambaran dari sebuah jaminan hidup di negara ini?” ujarnya.
Bangsa tengah dihadapkan dengan berbagai persoalan yang membuat kegelisahan umat mulai dari korupsi, teroris dan narkoba. “Begitu banyak beban negeri ini. Kalau memang negara terus diteror berbagai persoalan kapan pemerintah mau konsen mensejahterakan rakyat,”
ungkapkan Ketua PD Al Washliyah Tanjungbalai Gustami.
Tokoh Al Washliyah kota kerang itu menambahkan, melihat kondisi saat ini maka sudah sepatutnya dibuat hukum adat (Kongres Umat). “Begitu sudah dipastikan ada bandar narkoba maka masyarakat ramai-ramai mendatangi rumahnya, ditangkap dan diikat diajak keliling kampung baru diserahkan kepada yang berwajib,” ungkapnya.
Kata Gustami, saat ini bangsa Indonesia perang tanpa mengetahui siapa lawan dan kawan. “Jadi waspada dan konsentrasi terhadap pengawasan bandar-bandar narkoba,” tutupnya.
(mrl)