JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, inspeksi mendadak (sidak) pelaksanaan ujian nasional (UN) SMA/SMK di hari pertama, Senin (13/4/2015) pagi di SMK Negeri 20 Jakarta.
Dalam sidak itu, Mendikbud yang tiba di sekolah sekitar pukul 5.00 WIB, atau usai waktu Sholat Subuh di Jakarta, didampingi sejumlah pejabat di lingkup Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
SMK Negeri 20 menjadi sekolah rayon untuk pengambilan naskah soal bagi 78 SMK di daerah Jakarta Selatan I.
Di sekolah tersebut, Mendikbud meninjau persiapan yang dilakukan panitia sekolah sebelum pelaksanaan UN hari pertama dimulai pada pukul 7.30 WIB. Sebanyak 78 kepala sekolah telah hadir sejak pukul 4.30 WIB untuk mengambil naskah soal UN.
Dalam kesempatan tersebut, Mendikbud mengapresiasi semangat para pendidik dan tenaga kependidikan yang setiap tahun ikut ambil bagian dalam menyiapkan dan menyukseskan pelaksanaan UN. Mendikbud mengatakan, pada saat yang sama, sekitar 69.000 sekolah berkumpul di setiap rayon dan subrayon di seluruh wilayah Indonesia, untuk mengambil naskah soal UN.
“Alhamdulillah pelaksanaan persiapan UN berjalan dengan baik dan lancar. Informasi sampai dengan tadi malam, seluruh proses berlangsung sesuai dengan rencana. Pagi ini Bapak dan Ibu menjadi pembawa etape terakhir naskah soal. Saya titip, di sekolah bisa dilaksanakan dengan baik dan jaga integritas. Saya percaya anak-anak dapat mengerjakan dengan baik, hasilnya pun baik, dan tingkat kejujurannya tinggi,” tutur Mendikbud dalam arahan singkatnya.
Mendikbud berpesan, jika terjadi masalah dalam pelaksanaan UN, sebisa mungkin panitia pelaksana di tingkat sekolah menyelesaikan persoalan tersebut di ruang kelas atau sekolah. “Jadi Insya Allah semuanya lancar,” tambahnya.
Mendikbud juga mengapresiasi Kepala Rayon IV beserta para kepala sekolah yang telah menjaga amanah dengan baik dan meminta untuk dapat terus dipertahankan. “Titip salam saya untuk para guru dan murid di sekolah Bapak dan Ibu sekalian. Terima kasih,” ucap Mendikbud mengakhiri arahannya.
Setelah melihat persiapan pelaksanaan ujian nasional (UN) di sekolah rayon SMK Negeri 20 Jakarta, Senin (13/4/2015), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan melanjutkan inspeksi mendadak (sidak) ke dua sekolah yang berdekatan dengan SMA Negeri 20 di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Dua sekolah yang dimaksud adalah SMK Negeri 28 yang melaksanakan ujian berbasis komputer atau computer based test (CBT) dan SMA Bhakti Idhata.
Di SMK Negeri 28, Mendikbud langsung bergerak ke ruang kelas di lantai 3 tempat pelaksanaan ujian berbasis komputer digelar. Sekolah ini menerapkan tiga sesi pelaksanaan UN untuk 225 siswa yang terbagi pada beberapa ruangan. “Dalam satu ruangan, ada yang berjumlah 20 dan 15 komputer,” kata Kepala SMK Negeri 28 Jakarta, Nanik Radmiasih kepada Mendikbud.
Mendikbud mengatakan, mayoritas sekolah pelaksana UN berbasis komputer adalah SMK. Itu karena di SMK, pihak sekolah telah menyiapkan sarana dan prasarana komputer untuk kegiatan pembelajaran sejak lama dan disesuaikan dengan jumlah siswa yang ada. “Ini berbeda dengan SMA. Komputer ada, tetapi jumlahnya tidak cukup,” kata Mendikbud.
Terkait pelaksanaan CBT di daerah lain, Mendikbud menuturkan, pihaknya mendapat informasi bahwa pelaksanaan UN berbasis komputer yang berlangsung di Jayapura, Papua dapat dimulai dengan lancar. “Di sana yang waktunya dua jam lebih cepat, sudah mulai lebih dulu, dan seluruhnya sudah bisa login. Jadi tidak ada masalah,” ungkap Mendikbud.
Sementara itu, di SMA Bhakti Idhata, Mendikbud sempat melihat ruang panitia dan memastikan bahwa naskah UN masih tersegel dengan baik. Mendikbud juga berkeliling di ruang kelas tempat pelaksanaan UN digelar.
Secara umum, Mendikbud melihat persiapan UN yang cukup baik. Ia tidak melihat adanya ‘temuan’ selama proses persiapan ini. “Yang saya lihat hanya kerapian, seperti yang dapat dilihat. Para panitia sekolah sudah sangat terlatih untuk menyiapkan operasi yang masif ini, sehingga bisa berjalan dengan baik,” katanya.
Mendikbud juga menambahkan, UN adalah peristiwa masif yang melibatkan sekitar 69.000 sekolah, lebih dari 700 ribu pengawas, dan sekitar 2,8 juta siswa. Ia menegaskan, UN wajib diikuti oleh siswa tingkat akhir pada jenjang SMP/sederajat dan SMA/sederajat. “Jika ada yang berhalangan, sehingga tidak dapat mengikuti UN utama, maka mereka dapat mengambil UN susulan. Kami memastikan setiap anak bisa mengikuti UN,” tutur Mendikbud.
(kemdikbud/esbeem)