JAKARTA – Ketua Majelis Amal Sosial Pengurus Besar Aljam`iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), H.Syamsir Bastian Munthe, sependapat dengan putusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menolak grasi (pengampunan) terpidana mati bandar narkoba. Karena itu, sungguh tepatlah apabila terpidana tersebut dieksekusi mati sesegera mungkin.
Syamsir mengingatkan semua pihak, eksekusi mati tersebut merupakan kebijakan dan putusan hukum di Indonesia. Karena sudah memiliki kekuatan hukum yang kuat dan mengikat.
“Yang perlu dipahami adalah eksekusi mati itu bukan terhadap warga negara, tapi yang dieksekusi mati itu adalah bandar narkoba,” katanya, Jumat (6/3/2015) di Jakarta.
Mantan Wakil Sekjen PP Himpunan Mahasiswa Al Washliyah dan Anggota PB Al Washliyah ini, mempertanyakan sikap negara tertentu, yang menolak eksekusi mati padahal yang bersangkutan adalah bandar narkoba.
Sementara eksekusi mati terhadap teroris, tidak menjadi perhatian mereka. “Aneh, teroris ditembak mati, semua negara mendukung, padahal teroris itu terkadang masih bersifat terduga. Sedangkan yang sudah mempunyai kekuatan hukum, seperti terpidana narkoba, mau dieksekusi mati, negara-negara tertentu pada protes. Malah ada yang minta barter terpidana. Sungguh aneh luar biasa,” kata Syamsir.
Kali ini, menurut Syamsir, kebijakan Jokowi sangat tepat. Akan tetapi, eksekusi mati ini jangan `maju mundur`, nanti khawatir akan menimbulkan kesan bahwa pemerintah dibawah pimpinan Jokowi-JK, kehilangan nyali. Tidak berani alias takut terhadap ancaman dan takluk dalam diplomasi.
“Ini menyangkut kedaulatan dan penegakan hukum. Siapa pun dia, wabil khusus bandar narkoba harus segera dieksekusi mati. Jangan ragu atau bimbang, tanpa kecuali apakah berasal dari Indonesia atau bukan. Langsung door aja!,” ucap Syamsir.
Perlu dimengerti, dampak perbuatan terpidana narkoba, menurut Syamsir, sangatlah besar dan menghancurkan berbagai lapisan generasi. “Dampak narkoba itu paling dahsyat. Merusak sendi-sendi kehidupan generasi usia produktif. Ini lebih parah dari perang menggunakan senjata otomatis. Narkoba membunuh masyarakat dengan pelan-pelan.”
(*/rilis)