JAKARTA – H.Aziddin SE MSc, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Aljam`iyatul Washliyah (PB Al Washliyah) telah tiada. Pria kelahiran Bandar Durian, Kecamatan Aek Natas, Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara ini menghembuskan nafas terakhir dalam usia 73 tahun.
Ia menghadap Ilahi Robbi dan meninggalkan kehidupan dunia fana ini. Jenazahnya dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Kemiri, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (13/2/2012).
Jemaah Sholat Jumat di kawasan Kompleks Kodam, Sumur Batu, Kemayoran, Jakarta Pusat, bersama anak, cucu, menantu dan keluarga dekat, pengurus Al Washliyah, turut mensholatkan dan mendoakan jenazah. Setelah itu, mobil jenazah membawa mantan ketua umum PB Al Washliyah ini bergerak menerobos kepadatan lalulintas Jakarta hingga tempat peristirahatan terakhirnya di TPU Kemiri, Rawamangun, berjarak beberapa kilometer dari rumah duka.
Hadir sejumlah pengurus PB Al Washliyah, antara lain Dr.H.Abdul Rahman Dahlan, H.Abdul Mun`im Ritonga SH MH, H. Hamim Azizy MA, H.Amran Arifin, Mantan Ketua DPRD Kabupaten Tangerang, Ahmad Yani, Ketua Umum PP Isyarah, Ketua Umum PP GPA, muslimat, dan sejumlah ketua majelis.
Proses pemakaman berlangsung haru. Isak tangis dari kelima anak dan cucu almarhum, turut mewarnai mantan orang nomor satu di jajaran Al Washliyah ini. Sebelum jenazah dimasukkan ke makam, cuaca Jakarta berangsur-angsur terang, padahal beberapa jam sebelumnya diguyur hujan deras. Bahkan di saat waktu Sholat Jumat, kawasan sekitar Rawamangun dibasahi curah hujan yang begitu deras. Pada saat jenazah tiba di pemakaman, cuaca Jakarta berubah menjadi terang benderang. Dan matahari menampakkan dirinya dengan jelas.
KEHILANGAN
H.Abdul Mun`im Ritonga, Ketua PB Al Washliyah, mengemukakan dengan kepergian Almarhum H.Aziddin, maka otomatis Organisasi Al Washliyah kehilangan satu lagi tokohnya. Menurut Mun`im, sosok H.Aziddin dikenal sebagai orang yang menyiapkan waktu dan umurnya untuk Washliyah. Bahkan, waktu untuk keluarganya beliau relakan demi untuk Washliyah.
“Washliyah kehilangan tokoh seperti almarhum H.Aziddin,” kata Mun`im, usai upacara pemakaman di TPU Kemiri, Rawamangun, Jakarta Timur.
Ketua PB Al Washliyah yang baru kembali ke tanah air dari Oman, Timur Tengah ini, mengingatkan semua warga Al Washliyah untuk menghargai tokoh dan pejuang Organisasi terbesar ketiga di Indonesia ini. Setiap orang itu memang tidak sempurna. Ada positif dan pula negatif. “Mari kita kenang kebaikannya, jangan keburukannya,” pinta Mun`im.
Kabarwashliyah.com mencatat, masa kepemimpinan H.Aziddin banyak kemajuan-kemajuan dicapai organisasi ini. Antara lain memindahkan markas PB Al Washliyah dari Kota Medan ke Jakarta pada tahun 1986. Kemudian Al Washliyah berkembang ke beberapa propinsi di Indonesia. Al Washliyah mulai diperhitungkan di tingkat nasional pada era Orde Baru, dan era Reformasi, bahkan Presiden BJ Habibie sempat menerima pengurus Al Washliyah se-Indonesia di Istana Negara.
Di bidang kerjasama juga banyak kemajuan, termasuk menyikapi hiruk pikuknya keberadaan partai politik (parpol). Saat kepemimpinan Aziddin, Al Washliyah tidak tergiur mendirikan parpol, seperti halnya NU dan Muhammadiyah. Namun anggotanya diberi kebebasan untuk memilih parpol sesuai dengan pilihan masing-masing. Hanya saja, muncul tarik-menarik dengan dukung-mendukung.
(esbeem)