Bagian ketiga
Pendiri Al Washliyah Zaman ber Zaman
Oleh Abdul Mun im. SH.MH
Tulisan ini melihat dari sisi lain tentang tokoh Pendiri Al Washliyah, yang selama ini masih kurang mendapatkan perhatian dari warga Al Washliyah.
Tokoh Pendiri Organisasi
Setiap organisasi besar atau kecil selalu menampilkan seorang atau beberapa orang tokohnya. Biasanya dia adalah tokoh pendiri dari organisasi itu. Tokoh itu biasanya selalu digambarkan sebagai sosok orang yang pintar, cerdas, berwawasan luas, jadi panutan, ucapannya diikuti, sifat baiknya ditiru, akhlaknya terpuji, terhindar dari sifat buruk yang dapat merusak martabatnya, . Jika ia tokoh agama dia memahami agama cukup baik dan mengamalkannya lebih baik lagi.
Tokoh itu adalah orang yang sangat berjasa untuk membangun dan membesarkan organisasi pada periodenya, untuk kemajuan bangsanya dan negara serta sangat bermanfaat untuk kehidupan umat manusia. Sebagai contoh di Indonesia ada tokoh Soekarno, di India ada Mahatma Gandhi, NU ada KH. Hasyim Asyari, Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan, HMI Lafran Pane, kalau Al Washliyah ada disebut tiga serangkai yaitu; Ismail Banda, Tuan H. M. Arsyad Thalib Lubis dan H. Abdurrahman Syihab.
Tokoh itu selalu dijadikan tokoh sentral, sebagai simbol untuk membangun emosional dan sebagai simbol persatuan dan perjuangan. Biasanya mereka digolongkan sebagai Founding Fathers. Mereka sangat dihargai dan dihormati, pikiran dan ucapannya yang luhur berisi nilai dan motivasi. Selalu diingat jasanya dan ditempatkan di tempat yang terhormat dilakukan dengan berbagai cara. Al Washliyah memiliki tokoh yang memiliki kapasitas yang baik. Sebagai ulama, diplomat. Tokoh politik dan tokoh masyatakat.
Sosialisasi Keberadaan Tokoh.
Tak kenal maka tak cinta, tak cinta maka tak sayang, tak sayang maka tak mau berkorban. Dari kenal datangnya cinta dan setelah cinta bisa meningkat menjadi sayang dan mau berkorban untuk yang dicintai dan disayangi.
Tokoh itu perlu diperkenalkan sampai orang benar-benar kenal, sampai orang jatuh cinta, lalu karena sudah sayang tentu orang mau berkorban untuknya. Selama ini terasa kurang sekali upaya-upaya yang dilakukan untuk mengenalkan tokoh pendiri maupun para tokoh aktifis Al Washliyah, baik internal maupun eksternal Al Washliyah. Ke depan perlu dilakukan sosialisasi lebih gencar dari biasanya.
Menjadikan Sebagai Pahlawan Nasional.
Untuk memberi penghargaan yang tinggi kepada para tokoh tersebut, perlu diupayakan agar ia diakui sebagai Pahlawan Nasional. Jika sudah memenuhi syarat sesuai Undang Undang, maka untuk memberi penghargaan atas jasa dan pengorbanannya dalam mencapai nilai-nilai tertinggi dan contoh bagi masyarakat, maka sang tokoh perlu terus diperjuangkan sampai diakui sebagai pahlawan nasional.
Beberapa orang tokoh Al Washliyah sudah sering memunculkan isu agar para tokoh pendiri Al Washliyah diperjuangkan sebagai Pahlawan Nasional, namun belum ada tanda-tanda keberhasilannya. Pemberian gelar sebagai Pahlawan Nasional bagi beberapa tokoh Al Washliyah perlu diperjuangkan dengan sungguh-sungguh, tidak bisa menunggu, harus diperjuangkan terus menerus sampai berhasil.
Diabadikan Untuk Nama Jalan dan Nama Gedung
Sebagai mana lazimnya di berbagai negara, untuk mengenang jasa-jasa seseorang terhadap negara dan bangsa, maka nama tokoh tersebut biasanya dibuat menjadi nama jalan utama di suatu kota atau dibuat nama gedung tertentu. Kita belum banyak menyaksikan nama tokoh pendiri Al Washliyah terpampang dijadikan nama jalan raya atau nama gedung tertentu, termasuk gedung-gedung Al Washliyah sendiri.
Kalau tidak salah, saya pernah melihat ada nama Arsyad Thalib Lubis di salah satu gedung di IAIN Sumut, Jalan Adi Negoro Medan, sekarang bernama UIN Sumut. Gerakan pembuatan nama tokoh pendiri di jalan dan di gedung tertentu ini kiranya perlu di mulai dari Al Washliyah sendiri, seperti pernah diusulkan dalam tulisan Abdul Mun’im di website www.kabarwashiyah.com, agar nama gedung PB. Al Washliyah yang sedang dibangun sekarang di Jakarta diberi nama gedung DR. Muslim Nasution. Alasannya karena beliau pertama memperjuangkan mendapatkan pertapakan tanah gedung tersebut dan beliau meninggal dalam perjalanan kepemimpinannya sebagai Ketua Umum PB. Al Washiyah yang belum berakhir masa periodenya.
Di dalam forum seminar ini Abdul Mun’im atas nama PB. Al Washliyahn menghimbau hendaknya UNIVA dapat menjadi pelopor dalam hal ini memberi nama jalan di dalam lingkungan UNIVA dengan nama tokoh pendiri Al Washliyah dan juga nama-nama gedungnya maupun nama aulanya. Semoga salah satu buah dari seminar ini diantaranya akan terlihat nama tokoh pendiri Al Washliyah di lingkungan komplek UNIVA Medan.
Menyusul UNIVA lainnya, dan gedung PW Al Washiyah Sumut dengan nama Gedung Halim Harahap karena beliau ikut mendirikannya sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Al Washliyah Sumut, atau nama tokoh lain yang dianggap lebih sesuai, dan gedung Al Washliyah lainnya di manapun adanya.
Selanjutnya para aktifis Al Washliyah beserta Organisasi Bagiannya perlu terus menerus ikut berjuang untuk mengajukan usul kepada pemerintah pusat dan daerah terutama DPR RI atau DPRD untuk pemberian nama jalan utama dan nama gedung tertentu dengan nama tokoh pendiri Al Washliyah.
Hal seperti ini sudah dinikmati oleh organisasi Islam besar lainnya seperti nama tokoh NU dan tokoh Muhammadiyah yaitu; jalan Kiyai Haji Wahid Hasyim dan Jalan Kiyi Haji Ahmad Dahlan, dan lainnya.
Ditulis Buku Sejarahnya
Buku adalah bagian dari karya monumental. Dengan ditulisnya sejarah para tokoh Al Washliyah ke dalam buku, maka sejarah itu dapat disajikan dalam bentuk yang lebih autentik, daripada disampaikan dari mulut ke mulut satu generasi ke generasi lain seperti selama ini.
Memang sudah ada satu dua buku sejarah tentang tokoh pendiri Al Washliyah atau tokoh Al Washliyah. Namun buku itu kemungkinan belum diuji kesohihannya ke masyarakat tentang sejauh mana kebenaran isinya. Jika sudah dilakukan uji sohih, maka perlu ada suatu dukungan formal agar buku itu dapat dijadikan refrensi resmi, apakah itu hasil rapat suatu dewan khusus yang dibentuk untuk itu.
Tugas kita selanjutnya adalah untuk membuat buku sejarah tokoh pendiri Al Washliyah lainnya dan perlu di uji sohih terlebih dahulu agar lebih bernilai akademis dan terjaga keakurasiannya. Tulisan itu semakin penting jika dihubungkan dengan persiapan Al Washliyah dalam menghadapi usia seabad tahun 2030.
Foto Dan Film Dokumenternya.
Untuk dapat selalu dilihat dan dikenang serta untuk memudahkan mengenalkannya kepada orang lain, perlu dibuat dengan tampilan yang baik, foto para tokoh tersebut. Demikian juga dengan filmnya. jika ada kemampuan pada saatnya dibuat kisah perjalanan hidup para tokoh Al Washliyah beserta aktifis lainnya sebagai dokumentasi yang baik.
Dijaga Kuburannya
Untuk kenangan, untuk menghormati dan untuk memudahkan menziarahi kuburan para tokoh Al Washliyah, terutama pada saat menjelang Hari Ulang Taun Al Washlyah yang dirayakan setiap tahunnya, sudah menjadi tradisi untuk menziarahi kuburan para tokoh Al Washliyah termasuk tokoh pendiri maupun para aktifisnya.
Kuburan-kuburan itu perlu dipelihara, jika mungkin yang akan datang diupayakan untuk dibuat disatu tempat yang terjaga dan mudah diziarahi. Jika tidak, kuburan itu lambat laun bisa hilang dan letaknya berserak-serak. Dalam salah satu tulisan Abdul Mun’im di website www.kabarwashliyah.com pernah diusulkan agar kuburan para tokoh Al Washliyah tertentu disiapkan, dibuat di Islamic Village Tangerang bersama-sama tokoh Al Washliyah yang sudah ada dimakamkan di sana khususnya untuk mereka yang berada di Jakarta dan sekitarnya.
Tentunya dengan meminta izin terlebih dahulu kepada keluarga pemiliknya atau membayar sejumlah uang karena di sana sudah ada makam dua tokoh besar Al Washliyah yaitu Almarhum Yunan Helmi Nasution sebagai ulama Al Washliyah dan pendiri Islamic Village dan DR.Muslim Nasutiaon Mantan Ketua Umum PB Al Washliyah Periode 2010-2015.
Sebagai catatan; Bahwa kuburan Alm. Ismail Banda di Iran masih tidak ada kejelasan, saya sudah pernah berkunjung ke Iran tahun 2014 dan menanyakan kepada pihak KBRI dan staf yang lama tinggal di sana, tapi mereka tidak tahu. Mungkin perlu ada upaya untuk melakukan pencariannya.
Dibuatkan Museum Mini
Al Washliyah perlu membuat sejenis museum mini, dikantor pusat PB Al Washliyah dan disetiap propinsi tingkat Piminan Wilayah Al Washliyah. Museum mini itu berguna untuk menyimpan barang-barang bersejarah Al Washliyah dan hasil karya tulis para aktifis, rekaman pidato atau lagu Al Qur an, itu semua akan menjadi memori dan bahan penelitan untuk kebutuhan ilmu pengetahuan.
Di tempat itu juga perlu disimpan peninggalan barang-barang bersejarah para tokoh pendiri Al Washliyah berupa tulisan, foto-foto dan peninggalan benda lain yang bermanfaat untuk ilmu pengetahuan, baik aslinya maupun fotocopynya.
Demikian beberapa pokok pikiran dalam rangka membangun kebesaran dan memberi respek serta penghargaan kepada para tokoh pendiri Al Washliyah, agar mereka tetap eksis dalam memberikan motivasi dan dikenang dari zaman ke zaman semoga bermanfaat.
Jakarta 6 Pebruari 2015.
*Penulis adalah Ketua PB. Al Washliyah.