Menristekdikti: Seluruh Kopertis Dibubarkan

JAKARTA – Dikotomi pendidikan antara negeri dengan swasta pada level pendidikan tinggi akan dihapuskan. Sebagai langkah awal, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M Nasir membubarkan seluruh Kopertis (koordinator perguruan tinggi swasta) yang ada di Indonesia.

“Kopertis selama ini telah memperkuat adanya dikotomi antara perguruan tinggi negeri dengan perguruan tinggi swasta,” kata Nasir disela Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Forum “Higher Education Stakeholder Dialogue”. Hadir Ketua Umum APTISI Edy Suandi Hamid dan Direktur Bina Sarana Informatika (BSI) Naba Aji Notoseputra.

Padahal semestinya pendidikan tinggi tidak dipisahkan atau dibedakan antara negeri dan swasta. Mengingat baik pendidikan tinggi negeri maupun swasta memiliki kontribusi besar terhadap pencapaian angka partisipasi pendidikan tinggi di Indonesia.
Sebagai gantinya dari Kopertis, Nasir mengatakan pemerintah telah menyiapkan lembaga baru yakni
Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 Dikti). Lembaga ini mengakomodir kepentingan dan memberikan layanan baik kepada PTN maupun PTS.

“L2 Dikti ada satu kesamaan, kami akan review. Selama ini untuk urusan pembinaan PTS ada di kopertis, ada suatu kesenjangan informasi, banyak yang protes, informasi tidak sampai. Informasi harus nyambung antara pemerintah dan swasta,” lanjut Nasir.
Dengan memanfaatkan L2 Dikti, Nasir berharap permasalahan perguruan tinggi swasta ke depan menjadi baik termasuk kualitas sumber daya manusianya.

Sekjen APTISI Prof Suyatno mengapresiasi kebijakan penghapusan dikotomi PTN dengan PTS termasuk pembubaran Kopertis. Sebab selama ini pemerintah telah menempatkan swasta sebagai warga kelas dua. Padahal peran swasta dalam meningkatkan APK pendidikan tinggi sangat besar.

Data APTISI, jumlah PTS mencapai 3180, sedang PTN hanya sekitar 64-an.
Serupa juga dikemukakan Direktur BSI Naba Aji Notoseputra. Menurutnya dengan disamakannya status antara negeri dengan swasta, maka akan tercipta kompetisi yang sehat baik untuk mendapatkan program hibah, dana riset maupun dari segi kualitas SDM pengajar.

“Perguruan yang berkualitas bagus yang akan mendapatkan apresiasi masyarakat. Tidak lagi memandang negeri atau swasta,” pungkasnya.

(poskotanews/esbeem)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *