SEJARAH panjang perjalanan Ikatan Pelajar Al Washliyah (IPA) selama ini berada di tengah liku-liku kehidupan mengalami proses deviasi-deviasi dari arus utamanya. Eksistensi IPA pun, mengalami dinamika yang hampir serupa. Tentu tidak bisa dinafikan, bahwa perjalanan IPA telah memberikan warna bagi entitas-entitas komunitas lain. Paling tidak IPA telah memberikan warna bagi dirinya, sehingga menampilkan sosok organisasi yang tampil memberikan warna progresif dalam melakukan pencerahan terhadap otak dan hati pelajar Indonesia.
Di usianya yang sudah 61 tahun sejak kelahiran 30 Nopember 1953, bukanlah waktu yang cukup untuk menunjukkan sebuah eksistensi yang established. Namun juga, bukan waktu yang singkat untuk mengukir sejarah pergerakan yang dinamis mengikuti arus besar perubahan yang memang cepat dan serba uncertainty ini. Lantas di usia sedemikian itu, apa yang sudah diperbuat IPA? Apa pula yang hendak dilakukan? Tentu jawabannya dikembalikan kepada pasukan inti IPA. Lantas, siapa stake holder itu? Jawabannya adalah kader-kader IPA yang senantiasa harus bercermin dari realitas yang ada. Meskipun demikian, IPA bukan entitas yang paling eksistensial, bahkan mungkin di bidang tertentu IPA masih tertinggal dari komunitas lain.
Menurut saya, kita tidak mesti khawatir, justru kita bisa optimis bahwa IPA akan menjadi OKP terbaik tingkat nasional. Untuk menjadi OKP pelajar terbaik tentu itu semua memerlukan evaluasi secara kontinyu, bahkan kalau perlu melakukan kajian ulang membangun spirit gerakan IPA, supaya selalu melampaui zaman dengan selamat. Peran strategis kader-kader IPA dalam mengambil alih posisi, atau bahkan harus merebut peran intelektual di semua sektor lapisan society (masyarakat) sehingga bangunan civil society akan empowering terhadap dominasi dan hegemonik state, atau entitas-entitas yang menghegemonik lainnya.
Oleh karena itu tidak bisa ditolak bangun dasarnya adalah lahirnya kader-kader intelektual strategik, yang tidak malu-malu menampilkan keanggunan moralitas (akhlakul karimah). Paling tidak yang paling sederhana tetapi urgen adalah lingkaran-lingkaran diskusi, membangun aliansi strategik dengan kelompok-kelompok yang lainnya.
Evaluasi ini harus kita lakukan sebagai usaha korektif atas program-program yang sudah, lebih dari itu harus berani memunculkan pilihan-pilihan baru sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zamannya. Sehingga, IPA tidak gamang lagi menghadapi tantangan dan persaingan yang menghadang dihadapannya. Revitalisasi ideologi gerakan IPA menjadi keniscayaan yang tidak bisa ditolak. Format dan sistem pergerakan diarahkan pada pembentukan elit pencerah bangsa, moral-spiritualis dan memiliki kompetensi profesional dengan sensitifitas sosial yang tangguh.
Hal ini harus diwujudkan dengan berbagai perubahan mendasar atas sistem dan format yang ada selama ini. Demikianlah, IPA telah menemukan semangat yang hilang selama ini. Masa renaissance IPA telah datang. Sudah saatnya IPA menjadi bagian terpenting dalam usaha “reaktualisasi Islam yang berkemajuan” dalam konteks pergerakan pelajar. Gerakan ilmu tidak boleh ditunda, karena misi Pelajar Al Washliyah adalah peradaban yang wajib dengan ilmu.
Penulis: Ishak Ali Muda, Ketua PW. IPA Sumatera Utara 2011-2013.