JAKARTA – Sikap Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok yang ingin membubarkan Front Pembela Islam (FPI) dinilai sangat berlebihan. Seharusnya Ahok introspeksi terlebih dahulu mengapa ada gerakan penolakan dirinya. Demikian dikatakan Ketua Umum PB Al Washliyah Dr. H. Yusnar Yusuf Rangkuti, MS.
Ahok mengaku telah melayangkan surat rekomendasi pembubaran Front Pembela Islam (FPI) kepada Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo serta Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna Laoly. Hal ini dilakukan karena mantan anggota DPR RI tersebut gerah atas aksi yang dilakukan FPI yang menolak pelantikannya menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Menanggapai keinginan Ahok itu, Al Washliyah mengajak FPI untuk melakukan aksi dengan lebih lembut dan kembali ke ranah muhasabah. “Namun demikian, keinginan Ahok untuk membubarkan FPI terlalu berlebihan”, kata Yusnar Yusuf yang didampingi aktivis muda Al Washliyah Affan Rangkuti Selasa (11/11) di Jakarta.
Sebagai pemimpin DKI yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sangat berlebihan meminta pemerintah pusat untuk membubarkan FPI di seluruh Indonesia. “Al Washliyah berpandangan jika keinginan Ahok dibiarkan, bisa saja keinginan yang sama akan diberlakukan kepada ormas Islam lain dengan berbagai alasan,” tegasnya. Untuk itu, Yusnar menghimbau agar Menkumham dan Mendagri untuk lebih realistis dengan menengok ke belakang dan menganalisis pengajuan Ahok ini.
“Kalaulah kemarahan seorang pemimpin menjadi alasan untuk membubarkan FPI sebagai salah satu Ormas Islam maka tinjaulah dahulu apa penyebab mengapa FPI melakukan aksi,” terangnya. Sebaiknya tidak serta merta mengambil kesimpulan dengan pemikiran prematur untuk membubarkan. Kajilah dengan manhaj yang tepat dan tidak salah sehingga kesimpulan yang akan diperoleh juga tidak salah dan boleh jadi esok lusa keputusan itu menjadi acuan untuk membubarkan Ormas Islam lainnya.
“Dalam era tsunami informasi ini, haruslah berpikir dengan santun, bijak dan bermartabat agar semua persoalan tidak diselesaikan dengan kemarahan, karena kemarahan adalah sifat yang tidak baik. Semua permasalahan selalu ada jalan keluarnya, tidak ada kata yang tidak bertitik. Jangan sampai penyelesaian permasalahan bersandar kepada metodologi yang kuat akan menimbulkan permasalahan yang baru,” tutup Yusnar.
(mrl)