PADANG – Madrasah Ibtidaiyah Al Washliyah Pulau Siberut Mentawai, Sumatera Barat saat ini membutuhkan tenaga pengajar. Sejak meninggalnya ustadz HM. Idris Batubara madrasah ini nyaris tidak memiliki guru yang mampu mengajarkan pelajaran sesuai kurikulum Al Washliyah. Tinggal tiga guru yang masih melanjutkan mengajarkan dari kitab bertuliskan Arab Melayu yang dikarang pendiri Al Washliyah. Demikian disampaikan putra almarhum ustadz HM. Idris pada Kamis (29/5) di Padang, Sumatera Barat.
Ustadz Idris merupakan da’i yang dikirim PB Al Washliyah pada 1969 ke Mentawai untuk berdakwah. Di pulau terpencil itu ia mendirikan madrasah untuk mengajarkan anak-anak Mentawai. Madrasah yang sudah berusia 44 tahun itu kini masih berdiri tegak. Dengan susah payah lulusan Alqismul’ali Al Washliyah Ismailiyah Medan itu mempertahankan madrasah Al Washliyah Mentawai tetap ada.
Idris Batubara pun tidak hanya mempertahankan logo dan nama Al Washliyah agar terus terpampang di sana. Dia juga mempertahankan keorisinilan kurikulum yang digunakan di madrasah itu. Sehingga apa yang diajarkan di Madrasah Al Washliyah Medan sama dengan di mentawai. Buku-buku yang digunakan pun sesuai dengan yang diajarkan guru-guru Al Washliyah. Hal ini kabarwashliyah.com lihat langsung. Kitab-kitab yang diajarkan sesuai dengan kitab yang wajib diberikan kepada siswa ibtidaiyah Al Washliyah. Ada kitab pelajaran ibadat dan tajwid yang dikarang HM. Arsyad Thalib Lubis dan lainnya.
Buku pelajaran yang berbahasa Arab dan Arab Melayu itu diperbanyak di Padang dengan cara mengcopy. “Saya yang selalu memfoto copy kitab-kitab ini sesuai permintaan ayah di Mentawai,” kata Usman putra ketiga ustadz Idris. Setelah itu dikirim ke Mentawai untuk dibagikan kepada seluruh siswa. Ada dua cara mengirim kitab-kitab tersebut. “Bila ada orang yang kita kenal dan ingin ke Mentawai maka kita titip ke mereka,” terang Usman. Dikatakannya, bila tidak ada orang yang bisa dititipkan maka harus menggunakan jasa pengirim barang.
Menurut Usman ayahnya pernah meminta dikirim buku-buku pelajaran dari Medan tetapi hanya beberapa kali saja dikirim. Oleh karena itu ia berinisiatif untuk mengcopynya sendiri. Hal ini sangat penting untuk tujuan dakwah Al Washliyah di pedalaman.
Kegigihan Idris untuk mempertahankan kurikulum Al Washliyah terus dipegang hingga akhir hayatnya. Bahkan kini masih terus dipertahankan oleh keturunan beliau. Untuk itu Usman berharap kepada PB Al Washliyah bisa mengirimkan seorang ustadz yang bisa mengajar sesuai kurikulum Al Washliyah. Kurikulum madrasah Al Washliyah dinilai sangat baik dan akan terus dipertahankan.
Saat ini madrasah Al Washliyah Mentawai menanti kedatangan seorang guru dari Al Washliyah. Mereka sudah meminta langsung kepada Majelis Pendidikan PB Al Washliyah di medan. Namun sampai sekarang belum ada realisasinya. Dulu pada 1969 organisasi yang berlambang bulan sabit bintang lima ini mengirim Idris muda ke pulau itu. Kini setelah 44 tahun masyarakat Mentawai kembali membutuhkan seorang mujahid Washliyah yang bersedian berdakwah di sana. Penantian terhadap seorang guru agama akan terus diharapkan.
Mentawai Berubah
Kondisi Kepulauan Mentawai 40 tahun yang sudah sangat berbeda. Perkembangan dan pembangunan sudah sangat pesat. Kini Kepulaun Mentawai sudah menjadi tempat wisata baik domestik maupun asing. Banyak pulau-pulau kecil yang dijadikan sebagai tempat berlibur. Bila dulu menyeberang ke pulau itu dengan menggunakan kapal kecil, kini sudah menggunakan kapal ferry besar.
Bila dulu tidak ada listrik kini disana semuanya sudah lengkap. Maklumlah Mentawai sudah menjadi lokasi berwisata. Bahkan Atase Arab Saudi sudah mendirikan islamic center di pulau Siberut itu. Info mengenai Mentawai adalah pulau yang masih tertinggal dan terisolasi sudah tidak benar. Hal ini karena pulau di sana sudah menjadi objek wisata. Bahkan kini sudah menjadi Kabupaten Kepulauan Mentawai.
(mrl)
About Author
