BerandaKabar WashliyahDa'i Al Washliyah Muhammad Idris Batubara Berdakwah Dengan Santun (Bag. 2)

Da’i Al Washliyah Muhammad Idris Batubara Berdakwah Dengan Santun (Bag. 2)

PADANG – Mengetahui yang datang ke pulaunya itu seorang guru agama maka penduduk memintanya mengajar di sana. Alhasil Idris pun ditahan para penduduk Siberut dan membatalkan kepergiannya ke pulau lain. Keberadaannya di pulau sungguh diterima dengan baik oleh masyarakat. Meski warga di pulau itu kebanyakan beragama Kristen serta belum beragama, kehadiran seorang ustadz tidak menghilangkan suasana tidak nyaman.

Ustadz muda ini hari demi hari mulai membimbing masyarakat. Beliau pun membangun sebuah madrasah. Karena ia diutus PB Al Washliyah melalui Majelis Dakwah dan Penyiaran Islam, maka madrasah yang didirikannya diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Al Washliyah Siberut. Bangunan tersebut berdiri sejak 1970 yang letaknya tidak terlalu jauh bibir pantai. Di Madrasah Al Washliyah ini ia mengajarkan anak-anak yang mayoritas muallaf mengenai ajaran agama Islam.

Menurut penuturan Usman putra kedua Ustadz Idris, ayahnya menaruh harapan tinggi terhadap anak-anak muallaf. Mengajari anak-anak lebih mudah dibandingkan orang tuanya. “Kata ayah kami, belum tentu para orang tua yang muallaf itu bisa mengucapkan ‘Bismillahirramanirrahim’ dengan benar dalam sebulan,” jelas Usman mengingat perkataan ayahnya. Karena itu orang tuanya memiliki harapan yang tinggi terhadap pendidikan agama generasi muda Mentawai.

Apa yang dikatakan Ustadz Idris sesuai dengan perkataan seorang bijak. Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, sementara belajar setelah dewasa seperti mengukir di atas air. Meski begitu, pendakwah Al Washliyah ini terus mengajarkan para muallaf tanpa rasa putus asa. Meskipun Idris memiliki hambatan dalam hal komunikasi dengan penduduk setempat. Maklumlah, ketika itu tidak semua penduduk bisa berbahasa Indonesia. Umumnya mereka menggunakan bahasa ibu yaitu bahasa Mentawai. Bahasa mentawai jauh berbeda dengan bahas suku minang.

Dikatakan Usman, ayahnya pernah berucap bila para orang tua sudah masuk Islam maka itu sudah cukup bagi mereka. “Yang penting dia sudah memeluk Islam. Nah tinggal bagaimana mengajarkan anak-anaknya mengenai agama. Itu yang lebih utama,” terangnya. Oleh sebab itu Ustadz Idris sangat perhatian terhadap pendidikan anak-anak dari keluarga muallaf. Sehingga didirikanlah madrasah Al Washliyah di pulau itu sebagai lembaga yang akan mengajarkan nilai-nilai keislaman.

Dalam berdakwah ustadz Idris Batubara selalu menghormati keyakinan agama lain. Beliau tidak pernah memaksakan keyakinan yang dimilikinya kepada penduduk Siberut. Belum pernah dalam berdakwa ia menjelek-jelekan apalagi menghina agama lain. Ini sikap yang diterapkan Muhammad Idris Batubara dalam berdakwah. Cara ini ternyata efektif. Banyak penduduk yang simpati dan mau menerima ajaran Islam.

“Ayah pernah bilang, kalau dalam berdakwah yang kita sampaikan tentang kejelekan agama lain maka hal itu bisa memancing keributan. Sampaikan saja mengenai ajaran Islam dan kebaikan agama Islam. Itu lebih membuat orang berminat,” tutur Usman menirukan penuturan ayahnya.

Sikap Idris yang menghormati agama lain telah membuat mujahid Al Washliyah tersebut disenangi masyarakat. Tidak hanya penduduk biasa yang senang dengan beliau, tokoh agama Kristen pun menaruh rasa hormat yang tinggi.

Bersambung.

Da’i Al Washliyah Muhammad Idris Batubara Disenangi Tokoh Agama Kristen (Bag. 3)

(mrl)

About Author

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments

KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
M. Najib Wafirur Rizqi pada Kemenag Terbitkan Al-Quran Braille