JAKARTA – Partisipasi masyarakat pada Pemilu 2014 ini masih penuh misteri. Ketakutan yang dirasakan pemerintah dan penyelenggara Pemilu adalah sedikitnya partisipasi masyarakat pada 9 April nanti. Masyarakat yang enggan menggunakan hak pilihnya ini biasa disebut golongan putih (golput). Bahkan jumlahnya terus meningkat.
Mereka enggan menggunakan haknya karena menilai calon anggota legislatif (caleg) yang ditawarkan dianggap tidak layak. Menurut Ketua Gerakan Pemuda Al Washliyah (GP Al Washliyah) DKI Jakarta M. Razvi Lubis, kelompok masyarakat yang golput pada Pemilu kali ini nampaknya akan tetap banyak.
Bila prediksi itu benar maka bukan saja kesalahan dari penyelenggara pemilu yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU), Partai Politik (Parpol) juga turut bertanggung jawab atas tingginya angka golput.
“Tidak bisa menyalahkan KPU saja, tetapi Parpol juga turut bertanggung jawab,” kata M. Razvi di Jakarta. Dijelaskan lebih lanjut, kurangnya masyarakat menggunakan hak pilihnya bisa jadi karena caleg yang ditawarkan tidak menarik bagi pemilih.
Seharusnya di Pemilu legislatif angka golput bisa ditekan seminimal mungkin. “Karena banyak caleg yang ditawarkan, baik untuk DPR juga untuk DPD. Sehingga banyak pilihan,” jelas Ketua Pemuda Al Washliyah DKI Jakarta ini. Namun bila angka golput tetap melambung mungkin caleg yang ditawarkan tidak menarik bagi para pemilih.
Hal ini berbeda dengan Pemilukada yang jumlah calonnya relatif sedikit. “Kalau Pilkada kan pilihannya terbatas, jadi kita lumrah saja bila angka golputnya banyak. Tetapi untuk pileg seharusnya angka golputnya sedikit,” pungkas M. Razvi Lubis yang juga Sekretaris KNPI DKI Jakarta.
(mrl)