JAKARTA – Pengajar politik dari Universitas Indonesia Ani Sucipto menegaskan jika pertarungan politik perempuan di 2014 nanti cukup berat, dan apalagi tidak semua partai bisa lolos parliamentary threshold (PT) 3,5 persen. Karena itu, bagi perempuan yang maju lagi sebagai caleg, maka yang dilihat masyarakat adalah apa saja yang dilakukan selama 5 tahun menjadi anggota DPR RI? Sudah sesuai dengan yang dijanjikan sebelum masuk parlemen?
“Kalau selama 5 tahun tak berbuat apa-apa tentu sulit akan terpilih lagi. Apalagi bagi caleg Demokrat dan PKS yang mengalami citra buruk akibat kasus korupsi yang dihadapinya. Jadi, caleg perempuan sendiri di dalam parlemen harus menjadi petarung gagasan dan ide-ide yang berpihak kepada kepentingan perempuan,” tegas Ani Sucipto dalam dialog ‘‘Potensi pemilih perempuan dalam pemilu 2014’ di Gedung MPR/DPR RI Jakarta, Senin (17/2/2014).
Ani menginginkan caleg perempuan itu mempunyai basis sosial dan jaringan yang kuat, dan bukan datang tiba-tiba menjadi anggota DPR RI, dan tidak mengetahui apa yang harus dikerjakan ketika menjadi anggota parlemen. “Sayang, mayoritas tak mempunyai basis massa, dan tak tahu tugas dan kewajiban sebagai anggota DPR RI. Lebih parah lagi, tak mengetahui aspirasi rakyat yang diwakilinya, dan tak pernah ke daerah pemilannya. Itu kan memprihatinkan,” ujarnya.
Menurut Ani, caleg perempuan harus menyadari bahwa kursi DPR RI itu bukan untuk pribadi dan keluarganya, melainkan untuk rakyat dan sebagai jalan perjuangan untuk memnuhi apa yang kita perjuangkan untuk rakyat, bangsa, dan negara ini. “Itulah antara lain yang akan menjadi kunci caleg perempuan di mana tak semua perempuan tak otomatis memilih perempuan, dan apalagi angka Golput makin besar,” katanya mengingatkan.
Berbarengan dengan itu masyarakat pemilih juga belum memahami tugas dan kewajiban anggota DPR RI, banyak transaksi jual-beli suara, pembagian sembako dan sebagainya. “Semua itu berimplikasi pada pemilu 2014, sehingga rakyat pun tak tertarik lagi pada gagasan caleg. Jadi, pemilih dan caleg belum tangguh, sehingga semua ke depan harus lebih kerja keras lagi agar menghasilkan pemilu yang berkualitas,” pungkasnya. (am/gardo)