Tulisan ini dibuat dalam rangka menyambut Rapat Kerja Nasional Majelis Pendidikan Al Washliyah di Bali pada 21-23 Februari 2014.
SEBAGAI Ormas Islam yang lahir pada masa penjajahan maka Al Jam’iyatul Washliyah (Al Washliyah) sudah banyak memberikan kontribusinya kepada negara Indonesia. Dilahirkan 15 tahun sebelum Indonesia merdeka, membuat organisasi ini turut serta dalam meraih kemerdekaan Indonesia. Meski lahir di Kota Medan, Sumatera Utara, namun sepak terjang Al Washliyah terhadap kemerdekaan Indonesia tidak bisa diremehkan. Pendiri Al Washliyah turut mengobarkan semangat juang warganya dalam mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Ulama Al Washliyah pun ikut memberikan semangat dengan mengeluarkan fatwa mati syahid bagi siapa saja yang terbunuh dalam peperangan melawan penjajah Belanda. Pendiri Al Washliyah juga mengeluarkan buku yang berjudul Tuntunan Perang Sabil. Belum lagi adanya Laskar Al Washliyah yang bernama Fi Sabilillah yang turut berperang mengusir penjajah.
Fakta-fakta ini membuktikan bahwa Al Washliyah turut serta dalam kemerdekaan Indonesia. Namun sayangnya sejarah tidak pernah mencatat hal tersebut. Karena sejarah dibuat tergantung siapa yang berkuasa. Karena Al Washliyah tidak pernah masuk dalam lingkaran kekuasaan maka organisasi yang lahir pada 30 November 1930 tidak pernah dicatat oleh sejarah sebagai organisasi yang turut serta berjuang mengusir penjajah.
Selain turut dalam perjuangan kemerdekaan, kontribusi Al Washliyah yang tidak kalah pentingnya adalah dalam mencerdaskan bangsa Indonesia. Sebagai bangsa yang terjajah, kondisi masyarakat Indonesia ketika itu sulit memperoleh pendidikan bahkan dilarang menimba ilmu. Kondisi tersebut memang diciptakan Belanda agar masyarakat Indonesia tetap bodoh sehingga bisa terus di jajah. Dan memang terbukti, Indonesia akhirnya dijajah Kerajaan Belanda sekitar 350 tahun. Seluruh isi bumi negari ini diangkut semuanya ke negara Eropa tersebut.
Selain turut dalam perjuangan Bangsa Indonesia, Al Washliyah juga turut dalam mengentaskan warga pribumi dari kebodohan. Untuk mengentaskan kebodohan bangsa Indonesia, organisasi Al Washliyah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan itu berbentuk sekolah agama (madrasah) dan sekolah umum (SD, SMP dan SMA). Peran Al Washliyah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan peran yang sangat membantu negara.
Ketika negara tidak mampu memberikan pendidikan kepada penduduknya, Al Washliyah tampil untuk mengambil alih tugas tersebut. Pendidikan pertama yang diadakan organisasi ini adalah madrasah ibtidaiyah di Kota Medan. Madrasah ini dibentuk sekitar setahun setelah peresmian Al Washliyah. Artinya sejak tahun 1931 organisasi yang dilahirkan para pelajar ini sudah mulai mendidik bangsa Indonesia.
Seperti di kemukakan di atas, sebagai organisasi yang sangat tua, maka Al Washliyah memiliki banyak lembaga pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia. Meski sampai sekarang belum ada data yang pasti berapa jumlah sekolah yang didirikan oleh Al Washliyah, namun tidak kurang dari 700 sekolah saat ini masih berplang Al Washliyah ditambah 9 perguruan tinggi.
Dengan jumlah sekolah yang terbilang tidak sedikit maka selayaknya manajemen pendidikan harus terus dibenahi. Namun tulisan ini tidak akan mengulas mengenai manajemen pendidikan Al Washliyah. Tulisan akan mencoba mengelaborasi potensi lain dari pendidikan Al Washliyah yang belum digarap para pengurusnya. Bila potensi tersebut digarap dengan baik, maka Al Washliyah akan menjadi sebuah organisasi yang sangat diperhitungkan.
Organisasi ini tidak perlu repot-repot untuk mencari bantuan pada saat membuat kegiatan. Tidak perlu membuat proposal ketika akan menggelar sebuah perhelatan. Bahkan bila sumber dana ini bisa digali dengan maksimal maka Al Washliyah bisa menambah asetnya dalam dunia pendidikan, dakwah dan sosial. Dalam dunia pendidikan Al Washliyah bisa membangun madrasah, sekolah dan perguruan tinggi baru. Dalam bidang dakwah organisasi ini bisa mendirikan majelis taklim atau desa binaan baru. Sementara bidang sosial bisa didirikan rumah sakit dan panti sosial. Sumber dana itu di depan mata organisasi ini.
Dengan memiliki 700 sekolah, maka Al Washliyah setidaknya akan memiliki 700 masalah dan juga memiliki 700 potensi yang bisa digali untuk kepentingan organisasi. Sampai saat ini, menurut hemat penulis Al Washliyah belum memikirkan untuk membuat sebuah tabungan abadi atau Dana Abadi Al Washliyah. Dana Abadi ini dikumpulkan dari warga Al Washliyah untuk kepentingan organisasi. Lalu dari mana dana tersebut dikumpulkan.
Dana Abadi ini dikumpulkan dari warga Al Washliyah yang menimba ilmu di sekolah-sekolah organisasi ini. Setiap siswa yang bersekolah di Al Washliyah harus menyisihkan dari SPP nya per bulan. Misalnya saja kita ambil contoh setiap siswa kita sisihkan dari SPP nya perbulan Rp. 1.000. Bila kini Al Washliyah memiliki 700 sekolah dan bila kita generalisasikan setiap sekolah memiliki siswa 100 orang maka ada sekitar 70.000 siswa. Dari 70.000 siswa itu setiap bulannya disisihkan Rp. 1.000 maka akan terkumpul Rp. 70 juta/bulan. Maka dalam setahun akan terkumpul Rp. 840 juta. Dana tersebut harus terus disimpan dan tidak akan digunakan selama 5 – 10 tahun ke depan. Maka selama sepuluh tahun kemudian akan terkumpul dana Al Washliyah Rp. 8,4 milyar.
Dana ini akan terus bertambah dan bisa dimanfaatkan untuk membangun sekolah baru atau membantu rehab sekolah yang kondisinya sudah tidak layak lagi. Potensi besar dunia pendidikan Al Washliyah ini sampai sekarang masih belum digarap. Bila saja ini digarap dengan benar maka organisasi ini akan bisa mengembangkan sayapnya di bidang-bidang lainnya.
Karena ini terkait masalah dana umat, maka yang tidak kalah pentingnya adalah kejujuran dari para pemangku organisasi. Sebaik apapun potensi ini digarap namun bila tidak dilandasi dengan amanah maka sulit terpenuhi maksud di atas. Umat akan memberikan bantuannya kepada organisasi ini ketika para pengurus mengedepankan sifat amanah dan kejujuran. Bila kedua sifat ini ada maka potensi besar Al Washliyah dalam sumber dana bisa digarap. Bahkan potensi-potensi lainnya pun bisa kembangkan.
Namun sebaliknya, bila umat tidak melihat adanya sifat amanah dan kejujuran di pengurus Al Washliyah maka sampai kapan pun organisasi ini tidak akan bisa mengumpulkan dana bagi Al Washliyah. Menjelang pelaksanaan Rakernas Majelis Pendidikan di Bali pada 21 Februari 2014 maka sudah selayaknya dipikirkan mengenai Dana Abadi Al Washliyah. Bahkan bila perlu Majelis Pendidikan sebagai penyelenggara membuat rumusan ini agar dibahas dalam Rakernas tersebut. Ini momentum yang tepat untuk menggali potensi keuangan Al Washliyah. Kalau tidak sekarang kapan lagi? Dari Washliyah untuk umat.
Muhammad Razvi Lubis
Penulis adalah Sekretaris PW GP Al Washliyah DKI Jakarta