SUDAH menjadi tradisi bagi Al Washliyah, minimal setiap kali merayakan ulang tahunnya, melakukan ziarah ke kuburan para pemimpin maupun aktifis Al Washliyah di wilayah kerja masing-masing, baik di pusat, di wilayah maupun di daerah di seluruh Indonesia, bahkan ada kuburan tokoh pendiri Al Washliyah yang berada di luar negeri seperti kuburan Alm. Haji Ismail Banda (1910-1951), di Taheran, Iran.
Tradisi menziarahi kubur ini seperti diketahui bersama oleh agama Islam pada dasarnya tidak terlarang, bahkan dapat menambah kebaikan jika dijadikan sebagai sarana kebaikan yaitu untuk menghormati dan mendo’akan para ulama, orang tua, saudara, para pejuang yang telah melakukan jihad fisabilillah sepanjang hayatnya yang terlebih dahulu meninggal dunia.
Kegiatan ziarah ini juga dapat dijadikan sarana untuk mengenang perjuangan dan memetik pelajaran dari apa yang pernah mereka contohkan, diajarkan dan diwasiatkan semasa hidupnya kepada orang yang pernah bertemu dengannya, membaca bukunya, dsb untuk menegakkan kalimah Allah dan menyebebarluaskan ajaran Islam.
Mungkin ada baiknya dipikirkan secara bersama-sama, untuk mengadakan satu lokasi khusus bagi pekuburan para pemimpin dan pejuang serta para aktifis Al Washliyah yang memenuhi kriteria tertentu, hal ini bertujuan untuk mempermudah bagi warga Al Washliyah menziarahinya dan juga untuk memelihara agar kuburan mereka tetap terjaga dan terpelihara selamanya. Diharapkan kuburan itu tidak hilang begitu saja karena tidak ada yang mengurusnya. Lokasi pekuburan itu dapat juga dijadikan oleh warga Al Washliyah dan masyarakat lainnya untuk memberikan penghormatan kepada para pendahulu sambil mendoakannya silih berganti terus menerus.
Saat ini, sulit untuk menjaga pekuburan seseorang jika sudah dimakamkan di pekuburan umum, khususnya di ibu kota Jakarta. Pada saat ini manusia semakin banyak dan lokasi tanah semakin sempit, maka kuburan yang satu sering hilang karena sudah ditimpa oleh kuburan orang lain yang muncul kemudian atau sudah digusur untuk pembangunan.
Sering terjadi, khususnya di Jakarta dan sekitarnya orang kehilangan kuburan keluarganya saat berziarah, karena kuburan itu sudah lama tidak diziarahi, diantaranya mungkin karena lupa membayar uang konrtrak lanjutannya. Demikian juga kuburan para pejuang dan aktifis Al Washliyah yang akan diziarahi setiap tahunnya, kemungkinan satu dua sudah hilang tidak dapat diziarahi lagi karena tidak ada orang yang ditunjuk secara khusus untuk menjaga dan mengamankannya, karena mereka dikubur ditempat tanah wakaf umum.
Khusus di Jakarta, sudah ada dua tokoh besar Al Washliyah yang pada saat ini insya Allah akan terjaga kuburannya dengan baik yaitu; Alm. Ust Yunan Helmi Nasution tokoh dan ulama Al Washliyah dan Alm Dr. Muslim Nasution (mantan ketua Umum PB Al Washliyah periode 2010-2015) yang pekuburannya berada di komplek Islamic Village, Tangerang. Kuburan ini sangat terjaga karena berada di komplek pekuburan lingkungan tempat tinggal keluarga Alm Ustad Yunan ( mertua Ust. Ridwan IR Lubis, Ketua Dewan Fatwa Al Washliyah, Mantan Ketua Umum PB al Washliyah 1986-1997).
Karena sudah ada dua tokoh besar Al Washliyah yang makamnya di sana dan tempatnya dapat diselamatkan dan terjaga dengan baik, banyak jamaah masjid terdekat yang telah menziarahi kuburan mereka silih berganti, karena itu dengan penuh harap saya ingin mengusulkan, jika diperkenankan kiranya lokasi pekuburan untuk para tokoh Al Washliyah di Jakarta dapat ditempatkan di lokasi Islamic Village dengan cara memperluas lokasi pekuburan keluarga Alm Yunan Helmi yang sudah ada dimana Alm Pak Yunan dikuburkan ditempat tersebut.
Saya sendiri sudah pernah melihat kuburannya karena ikut mengantarkan jenazah Alm Pak Yunan saat dikuburkan. Hampir setiap bulan Ramadhan, jika sedang di Indonesia saya suka berkunjung ke Islamic Village mengikuti acara munajat mencari lailatul Qadar di masjid sebelah pekuburan tersebut. Allah memuliakan Almarhum walau sudah meninggal dunia dengan banyaknya orang menziarahi dan mengunjungi kuburannya, hal ini selain ketokohan dan perjuangan mereka mereka juga terbantu oleh lokasi pekuburan tersebut yang strategis dan mudah diziarahi.
Jika pihak keluarga ahli waris Alm Yunan Helmi berkenan mengizinkan penggunaan tanah tersebut juga diperuntuk bagi pekuburan para tokoh Al Washliyah, apakah dengan cara dibayar dengan sejumlah uang atau bagaimana yang terbaik sesuai perundingan, alangkah besarnya rasa terima kasih warga Al Washliyah kepada keluarga Alm pewaris tanah tersebut dan sangat bermanfaat sekali khususnya bagi Al Washliyah sebagai organisasi Islam yang besar berasal dari Sumatera Utara tempat Buya Alm Yunan berasal, insyaallah semua warga Al Washliyah akan dapat berziarah kapan saja mereka menghendakinya.
Dengan tersedianya lokasi pekuburan bagi tokoh Al Washliyah di Jakarta, maka keluarga besar Al Washliyah saat ini dan masa mendatang akan dapat menyelamatkan kuburan para pemimpin Al Washliyah dari beberapa generasi terdahulu dan generasi kemudian dan akan lebih mudah untuk menziarahinya.
Begitu juga diharapkan untuk perkuburan para tokoh dan aktifis Al Washliyah di daerah lain di seluruh wilayah Indonesia, sekiranya dapat diselamatkan ditempatkan lokasi khusus untuk pekuburan tokoh Al Washliyah, tentu hal ini akan mempermudah bagi wrga Al Washliyah untuk menziarahi mereka, terutama pada saat-saat warga Al Washliyah memperingati HUT Al Washliyah setiap tahunnya sebagaimana tradisi yang sudah berlangsung selama ini.
Demikian sekedar sumbang saran, semoga mendapat perhatian dan bermanfaat.
Wassalam.
Penulis, H.Abdul Mun’im, SH. MH.