PASURUAN – Calon anggota legislatif (Caleg) yang tidak mempunyai modal soisial atau tak punya basis massa dan tak punya jaringan di tengah masyarakat selalu mengandalkan money politics atau politik uang, dan ini jelas akan merusak proses poltik dan masyarakat. Seharusnya masyarakat sudah memahami jika politik uang tersebut akan merugikan masyarakat sendiri dalam jangka panjang maupun jangka pendek, karena caleg yang terpilih karena uang, tak akan pernah bertanggung jawab terhadap daerah pemilihannya, karena sudah merasa sudah membeli suara rakyat.
“Caleg yang mengandalkan politik uang itu berbahaya bagi politik dan demokrasi itu sendiri. Sebab, selain tak akan menghasilkan pemimpin atau wakil rakyat yang diharapkan bisa memperjuangkan aspirasi danm masalah yang terjadi di daerah pemilihannya (Dapil), politik uang itu juga tak akan menjadikan masyarakat dan daerah itu sendiri tak akan diberkahi oleh Allah SWT,” tegas Pengasuh Pesantren Al-Yasini, Areng-Areng Wonorejo, Pasuruan, KH. A. Mujib Imron, pada Kamis (16/1/2014).
PASURUAN – Caleg yang menggunakan politik uang tersebut menurut Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Pasuruan ini, itu mencerminkan sebagai politisi yang menggampangkan masalah, karena memang tidak mempunyai basis massa dan modal social yang cukup, sehingga pencalegannya tercerabut dari rakyat, yakni tidak nyambung dengan rakyat yang diwakilinya. Larena itu katanya, rakyat harus memahami betul caleh yang akan dipilih, karena pertaruhannya nasib rakyat untuk lima tahun ke depan.
Setidaknya lanjut Gus Mujib-sapaan akrab mantan anggota DPD RI periode 2004-2009 dari Dapil Jawa Timur ini, caleg yang harus dipilih adalah yang memahami daerahnya dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya mengetahui persoalan agama, pendidikan, perekonomian, social politik, pembangunan dan sarana prasarana madrasah, pesantren, kesehatan, lingkungan, alokasi anggaran dan sebagainya yang harus diperuntukkan untuk kepentingan masyarakat. “Jadi, caleg yang mampu menjalankan tugas dan keajibannya sebagai wakil rakyat dan nyambung dengan daerah, konstituen yang diwakilinya,” ujarnya.
Dengan demikian Gus Mujib meminta masyarakat menjadi pemilih yang cerdas dan memahami pentingnya kehadiran caleh atau pemimpin di daerah yang religius, jujur, bersih, sederhana, dan komitmen untuk mengabdi untuk kepentingan masyarakat. “Semoga saja pemilu 2014 nanti menghasilkan pemimpin dan caleg yang kita harapkan, agar ini maju, bermartabat, berdaulat, dan diriberkahi Allah SWT dan menjadi Negara yang baldatun thoyyibatun warabbun ghafur,” pungkasnya.
Hal yang sama diungkapkan Pimpinan Tharigot Qodariyah wan Naqsabandiyah (TQN) Pasuruan yang pengasuh Pesantren Attaqwa, Cabean, KH. M. Ali Bahruddin (Gus Mad), bahwa yang namanya uang apapaun istilahnya yang diberikan agar seseorang itu atau caleg itu dipilih, pasti tidak berkah, dan akan merusak moral masyarakat.
Karena itu, sebisa mungkin politik uang itu harus ditolak masyarakat, karena kepentingan jangka panjang lima tahunan itu jauh lebih dan bermanfaat baik daerahnya daripada sekadar menerima uang yang nilainya tidak seberapa. “Semoga masyarakat memahami itu dan tidak terjebak pada kepentingan caleg yang tidak jelas, yang akan malah menyuburkan korupsi,” ujarnya. (am/gardo)