JAKARTA – Hujan deras yang menyebabkan banjir di Ibukota pada dua hari terakhir menimbulkan kerugian besar bagi Jakarta. Saat banjir melanda, beberapa akses jalan di daerah rawan banjir terputus akibat genangan air yang tinggi. Tercatat beberapa ruas jalan penghubung kota Jakarta dan sekitarnya lumpuh akibat diterjang banjir.
Dampak terparah terjadi di ruas Jalan TB. Simatupang, tepatnya di depan Gedung Program Doktor Universitas Gunadarma yang mengarah ke Pasar Minggu. Ruas jalan Arteri di selatan ibukota ini ambles sedalam 30 cm. Amblesnya jalan yang selalu padat pada jam pulang kantor ini mengakibatkan ditutupnya jalur tersebut pada kemarin malam (13/1).
Pakar tata kota, Edward Sihombing mengharapkan pihak yang terkait segera mengatasi hal ini. “Jalan raya yang ambles akibat banjir perlu segera dibenahi oleh pemerintah. Jangan sampai nantinya menjadi titik kemacetan akibat jalur terhambat,” ujar Edward.
Planolog lulusan ITB ini mengingatkan pemerintah bahwa masalah akibat banjir tidak hanya terbatas pada rusaknya jalan raya, melainkan juga seluruh infrastruktur kota yang berkaitan dengan lalu lintas. “Selain jalan raya, infrastruktur pendukung seperti trotoar dan marka jalan juga harus diperbaiki,” tambah anggota Persatuan Insinyur Indonesia ini saat dihubungi, Kamis (16/1).
Edward mengatakan, dalam perencanaan tata ruang perlu diperhatikan mekanisme untuk mengalirkan air jika terjadi genangan.
“Lihat saja sekarang, air yang menggenang tidak bisa masuk ke saluran air di bawah trotoar. Jelas sudah, perencanaan tata kota Jakarta belum terintegrasi dengan baik,” jelas mantan staf khusus wakil gubernur Sumatera Utara periode 2003 – 2004.
Penyelesaian permasalahan yang ditinggalkan banjir menjadi tugas yang menanti pemerintah. Kerjasama dan komunikasi antara pemerintah pusat dan Pemda DKI serta pemerintahan daerah penyangga ibukota mutlak diperlukan.
“Tumpang tindih kebijakan dapat berakibat buruk pada perencanaan tata ruang sebuah kota,” tegas Edward Sihombing. (gardo)