JAKARTA – Dunia olahraga Indonesia sedang mengalami kemunduran, baik dari segi pengelolaan maupun prestasi. Kemunduran semakin terlihat dari hasil gelaran SEA Games Myanmar yang lalu, di mana Indonesia hanya mampu mencapai peringkat 4 dalam pesta olahraga negara-negara Asean tersebut. Selain itu, masih lekat dalam ingatan masyarakat bagaimana nasib persepakbolaan Indonesia yang terkatung-katung akibat konflik di tubuh PSSI yang berkepanjangan. Masalah-masalah yang dibiarkan tumbuh ini memperparah kondisi dunia olahraga Indonesia.
Di balik semua masalah yang timbul dalam pengelolaan olahraga Indonesia, konflik antara Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olahraga Indonesia (KOI) adalah akar dari permasalahan olahraga di Indonesia. Ketidakharmonisan kedua badan yang merupakan pusat pengelolaan olahraga Indonesia ini berdampak kepada menurunnya prestasi atlet Indonesia. Menyadari situasi ini, Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo menyatakan akan mengeluarkan Peraturan Menteri untuk mengatasi kisruh ini.
“Konflik KONI dan KOI tidak semestinya terjadi. Kedua organisasi tersebut harus bekerja sama demi kemajuan olahraga Indonesia,” demikian komentar mantan pelatih timnas Indonesia, Nil Maizar. Pria kelahiran Sumatera Barat ini menyatakan sinergi dan kerjasama antara organisasi olahraga akan membawa efek positif. “Pencapaian prestasi tidak hanya bergantung pada atlet dan pelatih, tetapi semua unsur di dalamnya termasuk organisasi induknya,” jelas punggawa timnas Indonesia era 90-an ini.
Ia melanjutkan, “Pengurus organisasi olahraga hendaknya mampu berpikir dan bertindak bagaimana mengelola olahraga dengan benar. Dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, Indonesia memiliki jumlah SDM yang lebih dari cukup,” ujar pemegang lisensi A kepelatihan ini. Sumber konflik antara KONI dan KOI ada pada kewenangan kedua organisasi. Menurut keterangan menpora Roy Suryo nantinya KONI akan bertanggung jawab pada pembinaan