JAKARTA – Gerak jalan kerukunan nasional tercatat memecahkan rekor MURI, dengan jumlah peserta terbanyak, yaitu mencapai sekitar 100 ribu peserta. Pencatatan ini ditandai dengan penyerahan piagam dari Direktur Museum Rekor Indonesia (MURI), Jaya Suprana, di atas panggung kerukunan, usai pelaksanaan Gerak Jalan Kerukunan (GJK), Minggu (5/1/2014) pagi.
GJK itu sendiri dilepas Wakil Presiden Boediono didampingi Menteri Agama Suryadharma Ali. Nampak hadir pada acara itu Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz, Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar dan sejumlah pejabat eselon satu dan dua Kementerian Agama. Ribuan siswa madrasah juga ikut berkumpul bersama tokoh dan umat lintas agama, serta pegawai Kementerian Agama untuk sama-sama meneguhkan komitmen harmoni dalam keberagaman.
Wapres dan ibu Boediono bersama Menteri Agama, termasuk sejumlah pejabat berjalan kaki dari tempat start di Barat Daya Silang Monas lalu menuju Jalan MH Thamrin ke arah Bundaran Hotel Indonesia (HI). Di Budaran HI, peserta GKJ yang mengular panjang lalu berputar – kembali ke Monas, finish di lokasi yang berdekatan dengan tempat start, hanya di ruas jalan atau arah sebaliknya.
Kehadiran Wapres pada lomba tersebut menjadi perhatian para peserta untuk mendekat. Boediono pun melambaikan tangan menyambut antusias warga yang ingin mendekat. Seusai berputar di pancuran HI, Wapres dan ibu menyempatkan berdiri dan menghentikan jalan di depan gedung Kemenag, Jalan MH Thamrin. Wapres ditemani Menag melambaikan tangan menyambut ribuan peserta yang memenuhi jalan tersebut.
Gerak jalan ini merupakan simbul dari kerukunan yang ada di Indonesia. Menteri Agama, dalam laporannya kepada Wapres Boediono, mengatakan, pihaknya berharap kerukunan yang sudah baik di negeri ini tetap dapat dipelihara, terlebih pada 2014 sudah memasuki tahun politik. Kerukunan menjadi modal penting untuk memelihara kesatuan. Tanpa kerukunan, bangsa Indonesia sulit membangun.
Menag mengakui kerukunan yang ada di Indonesia meski yang terbaik di dunia tetapi masih ada kekurangannya. Untuk itulah ia berharap semua pihak untuk merajut kerukunan yang sudah ada sehingga ke depan Indonesia bisa lebih sejahtera dan berkeadilan.
Jaya Suprana mengatakan, seharusnya kerukunan yang sudah ada di Indonesia itu bukan lagi dalam skala nasional, tetapi internasional. Sebab, kerukunan di Tanah Air adalah yang terbaik di dunia. Untuk itu, kata Jaya Suprana yang juga dikenal sebagai pemusik, pebisnis dan pembicara itu, melalui gerak jalan ini dapat memberi inspirasi bagi semua pihak agar dapat menjaga kerukunan yang sudah ada.
“Tidak ada lagi konflik, pertikaian dan permusuhan bernuansa agama,” harap Jaya Suprana kepada pers.
Sebelumnya, Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan, kerukunan merupakan kontribusi nyata dari Kementerian Agama. Indonesia adalah negara pertama di dunia yang memiliki kementerian tersendiri yang menangani urusan agama. Berdirinya Kementerian Agama adalah untuk memelihara dan menjamin kepentingan agama serta pemeluk-pemeluknya.
Kementerian Agama didirikan pada 3 Januari 1946 dengan KHM Rasjidi sebagai Menteri Agama yang pertama. Sejak saat itu, tanggal 3 Januari kemudian diperingati sebagai Hari Amal Bakti (HAB) Kementerian Agama Republik Indonesia. Kini, kementerian yang mempunyai satuan kerja (satker) terbanyak di Indonesia memperingati HAB-nya yang ke-68.
(ess/ant/mkd/esbeem)