JAKARTA – Perayaan Malam Tahun Baru bukanlah budaya Islam, namun perbuatan itu adalah virus budaya non Islam yang masuk ke sel-sel generasi Islam secara berlahan-lahan. Hal itu dikemukakan Ketua Majelis Amal Sosial Pengurus Besar Aljam`iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), H.Syamsir Bastian Munthe di Jakarta, Selasa (31/12/2013).
Gejala perayaan Malam Tahun Baru dengan seabrak kegiatan bernuansa hura-hura, menurut Syamsir, adalah perbuatan sia-sia atau mubazir, seperti pegelaran hiburan atau melaksanakan kegiatan menandai pergantian tahun, misalnya pesta kembang api, tiup terompet dan sebagainya.
Aktifis Al Washliyah ini berpendapat bahwa perbuatan yang demikian adalah perbuatan sia-sia dan menjurus kepada perbuatan yang disenangi setan. “Kalau diperhatikan secara seksama, perbuatan itu sekadar sia-sia dan tidak ada manfaatnya,” kata Syamsir.
Realitasnya, kata Syamsir, akibat derasnya pengaruh budaya non Islam seperti peringatan Malam Tahun Baru pada dekade ini cukuplah kencang. Moral generasi muda goyah dan terombang-ambing oleh budaya sekuler. Boleh dikata, jika tidak ikut pesta malam tahun baru, maka terkesan kelompok manusia jadul alias zaman dulu, tidak moderat atau tidak bisa mengikuti perkembangan zaman.
Fonemena sosial seperti ini, menurut Syamsir, aktifis Ormas Islam ini, merupakan tantangan dai, ustad atau penceramah. Dia juga heran kenapa pada pergantian tahun miladiyah, diperingtati sebagian besar oleh umat Islam itu sendiri, padahal perbuatan itu terkesan sia-sia. Sebaiknya, kata dia, pergantian tahun itu hendaknya dijadikan introspeksi diri untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. “Mari kita jadikan usia kita menjadi berkualitas dalam meningkatkan amal ibadah,” pinta Syamsir.
Ketua Majelis Amal Sosial PB Al Washliyah ini juga menyayangkan pemerintah memfasilitasi peringatan Malam Tahun Baru ini dengan berbagai sarana hiburan, padahal tindakan ini tidak terpuji dan bisa merangsang anak bangsa untuk berbuat yang tidak-tidak, alias melanggar norma agama.
Fakta di lapangan, kata Syamsir, banyak di antara keluarga Islam yang rela bermalam di lapangan terbuka, hanya sekadar ingin melepas pergantian tahun. Padahal sebagai muslim hendaknya lebih banyak istighfar bukan joget, pesta pora, berhura-hura dan sebagainya. “Perbaikan moral bukan hanya tanggung jawab ulama, tapi kita semua, termasuk pejabat pemerintah.”
(rilis)