JAKARTA – Sidang Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) kali ini berlangsung chaos. Sejumlah peserta sidang teriak-teriak. Mereka tak puas dengan Putusan majelis. Mereka mengancam majelis hakim. Di antara peserta sidang ada yang merebut mike dan papan nama sidang. Namun dua sekuriti sigap mengamankan benda-benda yang bisa dilempar dan dinilai membahayakan.
Melihat kondisi tersebut, Ketua majelis langsung menutup sidang. Ketua dan dua anggota majelis bergegas meninggalkan ruang sidang. Petugas keamanan langsung mengunci pintu keluar supaya tak ada yang menyusul hakim majelis.
Begitulah simulasi pengamanan persidangan yang gelar oleh para personel Pengamanan Dalam (Pamdal) di lingkungan Bawaslu RI di Ruang Sidang DKPP Jalan MH Thamrin No.14, Senin (23/12/2013). Usai mengamankan ruang persidangan, mereka juga menyimulasi pengamanan cara keluar gedung melalui tangga darurat untuk hakim majelis.
Menurut M Taslim, koordinator Pamdal Bawaslu, simulasi ini bertujuan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan yang terjadi baik dalam persidangan maupun di luar sidang, terutama dari gangguan keamanan. Dia mencontohkan, cara mengamankan dan pelolosan majelis hakim pada saat sidang, pelolosan anggota hakim keluar gedung. Simulasi ini dilakukan dengan metoda yang sudah terstandarisasi. “Kami terapkan cara-cara pengamanan terstandar nasional,” kata pria yang mengaku pernah bertugas melakukan pengamanan dari Sabang sampai Merauke itu.
Dia mengatakan, diharapkan dengan simulasi ini para personelnya terlatih dan sigap. “Kami jaga-jaga. Pencegahan itu wajib disiapkan,” ungkap pria kelahiran Makasar yang mengaku pernah bertugas di Libanon itu.
Adapun personel pengamanan di lingkungan Bawaslu sebanyak 20 personel. Sementara untuk pengamanan dalam persidangan DKPP dibutuhkan 5 orang. “Maksimal untuk pengamanan persidangan (DKPP, red) itu 6 orang plus dibantu pihak kepolisian,” tutup bapak dari dua anak itu. (gardo)