JAKARTA – Menyoal berita yang seolah-olah Wiranto menghina Rhoma Irama sebagai bakal calon presiden atau bacawapres Partai Kebangkitan Bangsa itu, sebagai bacawapres akrobat atau pedangdut yang tidak kompeten, itu sama sekali tidak benar. Bahwa dalam debat capres bersama Yusril Ihza Mahendra di LIPI Jakarta, pada Jumat (13/12/2013) lalu itu, capres itu bisa berasal dari mana saja sepeti birokrat maupun seniman sesuai dengan kompetensinya masing-masing.
“Saya sama sekali tidak menyebut nama orang. Hanya saja partai boleh saja merekrut kader di luar partai; apakah sebagai birokrat, pengusaha, seniman, akrobatik, penyanyi dan sebagainya. Yang penting memenuhi kompetensi dan kualifikasi sebagai capres. Selain tak sebut nama, saya juga tak bermaksud menghina Rhoma,” tandas Wiranto pada wartawan di Gedung MPR/DPR RI Jakarta, Selasa (17/12/2013).
Hanya saja kata Wiranto, saat ini partai tak mempunyai waktu untuk merekrut dan medidik artis dan seniman lainnya untuk dijadikan sebagai birokrat atau calon pemimpin. “Hanura sendiri merekrut artis seperti Meriam Bellina, Krisdayanti dan lain-lain, tapi mereka tidak menjadi caleg Hanura karena belum memenuhi kompetensi. Itu yang saya maksud. Jadi, saya tak sebut orang,” tambahnya meyakinkan.
Menyinggung soal tantangan berdebat dengan Rhoma Irama sebagai bacawapres, Wiranto menyatakan siap-siap saja. Hanya saja kata Wiranto, debat capres itu sudah diagendakan resmi oleh KPU. Sebagaimana sebelumnya, di mana Wiranto sudah dua kali berdebat sebagai capres dalam pilpres di tahun 2004, dan 2009. “Nanti pasti ada debat capres untuk pilpres 2014 setelah ditetapkan oleh KPU,” ujarnya.
Namun demikian lanjut Wiranto, yang namanya debat capres itu tidak berdasarkan emosionalitas, melainkan tetap kritis konstruktif sebagai calon pejabat negara untuk memberikan konstribusi terhadap persoalan bangsa dan negara ke depan. “Jadi, debat itu bukan berdasarkan emosionalitas, tapi tetap kritis, sehat dan obyektif untuk kepentingan bangsa dan negara ke depan,” pungkasnya. (am/gardo)