بِـــــسْمِ اللهِ الرَّحْـمَنِ الرَّحِــــيْمِ
اَلْحَمْد لله رَبِّ اْلعِزَّة وَ اْلجَلاَل , وَاسِع الكِرَام عَظِيْم الإِفْضَال , وَ الصَّلاَة و السَّلاَم عَلَى سَيْدِنَا محَمَّد المَبْعوْث لِتَتْمِيْمَ مَكاَرِمَ الأَخْلاَق , المفَضَّل عَلَى كاَفَّةِ المَخْلوْقاَت عَلَى الإِطْلاَق , وَعَلَى آلِهِ مَصَابِيْحَ السنّة الأَعْلاَم , و أَصْحَابِهِ البَاذِلِيْنَ أَنْفسَهم لِتَوْضِيْحَ الشَّرَائِع وَ الأَحْكاَم , وَعَلَى سَائِرِ الأَئِمَّّةِ المجْتَهِدِيْنَ القَائِمِيْنَ بِحِفْظِ نَاموْسِ الدِّيْنِ . وبـــعد :
قال الله تعالى في كتابه الكريم : يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنصَاِرى إِلَى اللهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنصَارُ اللهِ فَئَامَنَتْ طَّآئِفَةُُ مِّن بَنِي إِسْرَاءِيلَ وَكَفَرَتْ طَّآئِفَةُُ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ ءَامَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ {الصف [61] : 14}
“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang” (QS. As-Shaf [61] : 14)
Al Jam’iyatul Washliyah disingkat dengan Al Washliyah berdiri di Medan Sumatera Utara bertepatan pada 30 November 1930M/9 Rajab 1349H dan sekarang sudah memasuki usia yang ke-83 tahun bertepatan pada 30 November 2013M/26 Muharram 1435H. Berarti usia ormas Islam Al Washliyah lebih tua dari umur NKRI ini. Kita harus mensyukuri atas jasa para ulama-ulama Al Washliyah yang telah mendirikan organisasi Islam yang saat ini secara asset harta umat yang dikelola oleh Al Washliyah peringkat ke-dua terbesar di Indonesia setelah ormas Islam Muhammadiyah. Secara kultural ormas Islam Al Washliyah nomer tiga terbesar di Indonesia setelah NU, dan Muhammadiyah.
Amanah umat yang begitu besar yang dipikul oleh ormas Islam Al Washliyah harus dikelola dengan amanah, bersih, dan menjunjung tinggi nilai-nilai syari’at Allah SWT. Al Washliyah berasaskan Islam dalam I’tiqad, dalam hukum Fikih bermadzhab Ahlussunnah Waljama’ah dengan mengutamakan Madzhab Syafi’i.
Kepada warga Al Washliyah dimanapun berada harus tetap menjunjung tinggi keutuhan organisasi Al Washliyah sebagai wasilah (وسيلـة) dan thariqah (طريقـة) untuk memajukan umat dan bangsa agar meraih kesuksesan, kemajuan, kecemerlangan dengan nilai-nilai iman dan Taqwa yang meliputi tatanan dakwah, sosial, pendidikan, politik dan ekonomi untuk meraih sebuah peradaban bangsa yang kuat, kokoh dan bermartabat. Kecemerlangan itu tidak akan tercapai jika tidak memiliki sosok kepemimpinan yang shaleh. Sifat orang shaleh yang memiliki jiwa kepemimpinan akan selalu lebih mengutamakan umat daripada dirinya sendiri, sebagaimana Imam Ali r.a mengibaratkan penciptaan Allah SWT terhadap dunia ini,
” الدنيا خــلقت لغيرها ولم تخـلق لنفسها ” (ص : 242 , ج : 2 , نـهج البلاغة للإمام عليُّ كرم الله وجهة, شرح الأستاذ الإمام الشيخ محمد عبده)
“Dunia itu diciptakan untuk siapa saja, dunia diciptakan bukan untuk dirinya” (Imam Ali R.a, Khalifah Arrasyidin ke-IV, wafat: 40H/661M ). Maksudnya adalah sosok pemimpin harus memiliki kepribadian yang ikhlas lebih mementingkan kemaslahatan umat dan bangsanya.
Keulamaan atau keintelektualan seseorang bukan dilihat dari penampilan, kekayaan, umatnya yang banyak, dikenal orang dimana-mana. Keulamaan atau keintelektualan seseorang akan dilihat sosok keperibadian bersahaja, ketulusan, keikhlasan dan ilmunya dapat dirasakan dan bermanfaat untuk dirinya, orang lain bahkan dapat dirasakan manfaatnya untuk kemaslahatan umat dan bangsa.
Al Washliyah yang telah lama memiliki andil dan peran sertanya di bumi nusantara ini dalam mengembangkan da’wah, pendidikan, sosial, ekonomi bahkan politik di tengah-tengah masyarakat, mau tidak mau untuk seluruh kader dan warga Al Washliyah di seluruh Indonesia harus mampu menjadi filter, leader, keritis dan cerdas terhadap persoalan bangsa ini. Bangsa yang besar bukan dilihat dari kuantitas yang banyak tetapi kualitas SDM dan seluruh tatanan birokrasinya harus dapat menjadi icon perubahan, revormasi disegala bidang yang dapat bersaing dengan negara-negara maju dalam era tekhnologi, industerialisai dan gelobalisasi yang terus semangkin berkembang dan maju. Tatanan hukum dinegeri ini harus memiliki nilai-nilai kemuliaan yaitu keadilan, kewibawaan dan ketegasan, jika hukum sudah tidak memiliki martabat kemuliaan tersebut maka jurang petaka itu akan semangkin membuka lembah kehancuran. Maka simbol-simbol kemuliaan yang selama ini kita pikul dan selogankan hanya sebagai pemanis lisan dan kemunafikan. Sebagaimana Imam Ali mengatakan,
لا خير في الصمت عن الحكم كما أنه لا خير في القول بالجهل (ص : 244 , ج : 2 , نـهج البلاغة للإمام عليُّ كرم الله وجهة , شرح الأستاذ الإمام الشيخ محمد عبده )
“Hukum yang bisu (yang tidak berwibawa dan tegas) sama sekali tidak mendatangkan kebaikan, tak ubahnya ibarat orang tolol yang berucap dengan bahasa yang manis dan menjanjikan” (Nahjul Balaghah Oleh: Imam Ali R.a, Khalifah Arrasyidin ke-IV, wafat: 40H/661M ).
Jiwa kesederhanaan dan syukur akan kelebihan yang dimiliki akan mampu sabar dalam memikul beban seberat apapun dan akan mampu memimpin umat sebesar apapun. Sosok seperti inilah akan mampu membesarkan ormas Islam Al Washliyah yang sesuai dengan Ahlussunnah Waljama’ah yang akan menjadi anutan, rujukan dan penantian bagi kemajuan umat dan bangsa, sebagaimana Imam Ali mengatakan akan,
العفاف زينة الفقر , و الشكر زينة الغنى . (ص : 216 , ج : 2 , نـهج البلاغة للإمام عليُّ كرم الله وجهة , شرح الأستاذ الإمام الشيخ محمد عبده )
“Iffah (orang yang menjaga muru’ah dirinya dari hal-hal yang subhat dan yang haram) itu akan menjadi perhiasan yang berharga bagi orang yang fakir (miskin) dan kesyukuran itu akan menjadi perhiasan yang berharga bagi orang yang memiliki lebih dari kecukupan (orang yang kaya)” (Nahjul Balaghah Oleh, Imam Ali R.a, Khalifah Arrasyidin ke-IV, wafat: 40H/661M ).
Dalam menyongsong HUT ke-83 Al Jam’iyatul Washliyah semoga ormas Islam ini menjadi agen perubahan dan senteralnya para ulama, intelektual, sastrawan, pemikir, penulis dan ilmuan yang dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan umat dan bangsanya.
Kunci kesemua itu harus diawali dan diakhiri dengan cinta ilmu dan cinta para ulama yang berlandaskan dengan iman dan taqwa. Cinta kepada Allah, Rasul dan para ulama memiliki kekuatan dan martabat yang tinggi disisi Allah Swt, sebagaimana berfirman-Nya,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنصَاِرى إِلَى اللهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنصَارُ اللهِ فَئَامَنَتْ طَّآئِفَةُُ مِّن بَنِي إِسْرَاءِيلَ وَكَفَرَتْ طَّآئِفَةُُ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ ءَامَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ {الصف [61] : 14}
“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang” (QS. As-Shaf [61] : 14)
Sedangkan manfaat orang yang cinta dan mempelajari keilmuan itu memiliki martabat yang begitu tinggi di dalam Islam, sebagaimana Rasulullah Saw bersabda,
عن أبي ذر أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : يا أبا ذر لأن تغدو فتعلم آية من كتاب الله خير من أن تصلي مائة ركعة و لأن تغدو فتعلم بابا من العلم عمل به أو لم يعمل به خير من أن تصلي ألف ركعة . (رواه إبن ماجة في سننه بإسناد حسن . ص : 4/ تفسير الجلالين)
“Nabi Saw bersabda: Wahai Abu Dzar dengan kesungguhanmu, jika kamu mempelajari satu ayat saja dari Kitab Allah (Alqur’an),
(keutamaannya) itu lebih baik daripada kamu shalat sebanyak seratus rakaat. Dan dengan kesungguhanmu, maka jika kamu mempelajari satu bab saja daripada ilmu, sama ada kamu telah amalkan ataupun belum kamu amalkan, (keutamaannya) itu lebih baik daripada kamu melakukan shalat seribu rakaat” (HR. Ibnu Majah dengan sanadnya Hasan dari Abu Dzar)
Demikian taushiyah dari Dewan Fatwa Al Jam’iyatul Washliyah ini dibuat, semoga Allah Swt memberikan maghfirah dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
PENGURUS
DEWAN FATWA AL WASHLIYAH
Ketua
Drs.KH. Ridwan Ibrahim Lubis, Lc
Sekretaris
KH.Ovied.R
Amiiiiiiiiiin, mudah2an di usia yang ke 83 ini akan bermunculan kader-kader Tuan Guru Arsyad Tolib Lubis, Amiiiiiiin..