WASHLIYAH di mata wartawan. Begitu judul tulisan ringan pada kesempatan ini. Tak lain untuk menyongsong HUT ke 83 Aljam`iyatul Washliyah, yang jatuh pada 30 Nopember 2013 ini. Dengan demikian, usia organisasi Islam ini sebenarnya sudah lebih tua dari usia HUT ke-68 Kemerdekaan RI, tapi kenapa gaungnya tidak sesohor Ormas Islam lainnya?
Katakanlah seperti NU, Muhammadiyah dan lainnya. Paling parah lagi, nama Washliyah kalah pamor dengan partai politik (parpol) yang baru kemarin dideklarasikan di persada Nusantara ini.
Terus terang, nama Al Washliyah termasuk jarang di tulis di media massa nasional, apalagi internasional. Alasan pastinya tidak ada, hanya dugaan sementara bahwa nama pimpinan organisasi ini kurang `menjual` atau kurang kritisi terhadap suatu kebijakan. Kenapa tidak menjual? Tentulah banyak sebab, antara lain figur pimpinan organisasi ini kurang dikenal publik, program orgnisasinya kurang merakyat atau lamban meredam isu-isu yang menggelinding.
Atau bisa saja, program kerja pimpinan Al Washliyah kurang mendapat dukungan media massa, karena tidak dikemas dengan bahasa yang tepat dan humanis, padahal inti dasar program itu mungkin cukup mengena buat umat, bangsa dan negara, namun demikian, keberadaan Al Washliyah di mata seorang wartawan pada tingkat sekarang belumlah menggembirakan, karena persoalan yang ditanggapi pun sering terlambat, plus program kerjanya pun kebanyakan seminar dan debat.
Padahal, jika organisasi ini mau besar, faktor publikasi/hubungan masyarakat sebenarnya jangan dilupakan. Boleh dikata hampir setiap periode muktamar Al Washliyah, masalah humas kurang mendapat perhatian, akibatnya, hasil karya nyata organisasi ini kurang mendunia, karena tidak mendapat perhatian media massa (cetak dan digital), maupun media jejering sosial. Alhamdulillah, baru belakangan ini tokoh dan anggotanya bersibukria berselancar di dunia maya, termasuk mendirikan website resmi Washliyah bernama kabarwashliyah.com
Sebenarnya, potensi Al Washliyah ini cukup memadai. Washliyah memiliki sumber daya manusia (SDM) yang tidak kalah dengan Ormas lain. Washliyah memiliki ribuan sekolah dan sejumlah universitas/perguruan tinggi, sehingga alumni Al Washliyah ada di mana-mana, di birokrat, TNI/Polri, wartawan, dai, advokat, guru besar dan yudikatif serta lainnya.
Semua ada di Washliyah, tapi mungkin kurang diberdayakan menjadi suatu kekuatan yang memiliki daya saing. Bila hal ini dianggap menjadi energi Washliyah, maka organisasi ini memiliki nilai `jual` untuk publik, disamping memang orang-orang washliyah telah teruji secara akademik dan keilmuan.
Potensi yang lain. Washliyah sebagai Ormas Islam yang didirikan di Kota Medan, Sumatera Utara, memiliki banyak kader yang berkiprah di dunia partai politik. Hampir semua parpol peserta pemilu terdapat kader dan simpatisan Washliyah. Kalau ini dimenej dengan baik, hal ini adalah suatu kekuatan. Demikian juga yang lainnya, kader atau alumni Washliyah yang ada di lembaga pemerintah dan swasta, hendaknya sinergi dengan organisasi serta turut serta mensosialisasikan Washliyah sesuai dengan profesi masing-masing. Jangan malu mengaku alumni Washliyah. Jika ini terwujud, wartawan akan mencari Washliyah, bukan sebaliknya, Washliyah yang mencari wartawan.
Dengan demikian, kekhawatiran seorang wartawan untuk mempublikasikan organisasi Washliyah secara otomatis akan hilang, sebab tokoh Washliyah memang layak dan memiliki reputasi nama cukup luas, baik tingkat lokal, nasional dan internasional, namun bila kekuatan Washliyah tidak dihimpun dengan tepat dan benar, niscaya Al Washliyah tak obahnya sekadar majelis taklim yang memiliki papan nama di gang jalan.
(esbeem)