Mengenal Washliyah Lebih Dekat (2)

JIKA seseorang teringat kepada suatu organisasi,  yang terbayang olehnya tentu bermacam-macam sesuai dengan pengetahuan dan kesan yang timbul dalam hati dan pikirannya terhadap organisasi tersebut. Kesan itu timbul melalui berbagai hal antara lain;  melalui ciri khas yang menjadi  misi utama yang di emban oleh organisasi tersebut,  kebiasaan orang-orang yang menjadi pengikutnya, lambangnya, gedungnya dsb.

Kalau teringat kepada Al Washliyah, pada umumnya apa yang diingat oleh para anggotanya maupun orang banyak?. Mungkin para pembaca memiliki Kesan yang berbeda-beda terhadap organisasi Al Washliyah ini. Untuk menyamakan pandangan,   tulisan berikut di bawah ini  mungkin dapat membantunya.

Kalau melihat tiga organisasi masyarakat Islam yang terbesar di Indonesia yaitu, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama dan Al Washliyah, ketiganya memiliki kesamaan dan perbedaan. Perbedaan di masing-masing organisasi itu dapat menjadi ciri khas yang membedakan antara yang satu dengan lainnya.

Kesamaan pada organisasi tersebut adalah; sama-sama organisasi kemasyarakatan Islam yang lahir dan besar di Indonesia, didirikan oleh para pelajar dan cendikiawan Islam, berdirinya beberapa puluh tahun sebelum kekerdekaan Indonesia tahun 1945, kini masing-masing sudah berumur lebih dari 80 tahun, seperti Muhammadiyah lahir tahun 1912 di Jogyakarta, NU lahir tahun 1926 di Jawa Timur dan Al Washliyah lahir tahun  1930 di Medan, Sumatera Utara.

Kegiatannya sama-sama bergerak di  bidang  pendidikan, dakwah dan amal sosialnya.  Dalam, pergerakan politik dan ekonomi semua organisasi ini juga melakukannya meskipun dia bukan organisasi politik dan organisasi bisnis, usaha atau kegiatan ini diperlukan untuk partisipasinya dalam  kehidupan berbangsa dan  bernegara, untuk membela ajaran Islam dan memberi kesejahteraan  bagi anggotanya.

Perbedaan organisasiini terlihat dari penamaannya masing-masing yang sekaligus menunjukkan ciri khasnya, perbedaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut;

Muhammadiyah menonjolkan kata “Muhammad” pada nama organisasinya, suatu Organisasi Kemasyarakatan Islam yang memiliki ciri kembali ke ajaran Nabi Muhammad yang   murni. Muhammadiyah dalam menjalankan dakwahnya ingin mengembalikan seluruh penyimpangan ajaran Islam agar kembali kepada ajaran Allah dan Rasul secara murni  dan konsekwen seperti  yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Menolak amalan yang dinilai perbuatan Khurafat,  bid’ah dan Tahyul. Muhammadiyah memiliki kaum intelektual yang banyak, mengutamakan sekolah-sekolah unggulan yang berkualitas.

Nahdlatul Ulama (NU) menonjolkan kata “Ulama” pada nama organisasinya, suatu organisasi kemasyarakatan Islam yang memiliki ciri keulamaan (cendikiawan Muslim). NU  dalam, menjalankan Dakwah Islam mengambil jalan tengah dalam pemahaman dan mengamalkan ajaran Islam, tidak ektrim Naqli dan tidak ekstrim aqli, artinya selain dalil Al Qur’an Dan Hadits juga menggunakan kemampuan akal yang  netralitas empirik.  Orang NU sering berkumpul mengutamakan silaturrahim para Ulama dan anggota serta masyarakat melalui berbagai acara termasuk menziarahi kuburan para ulamanya untuk memberi penghormatan kepada mereka atas jasa jasanya.

Al Jam’iyatul Washliyah menonjolkan kata “washola” pada nama  organisasinya. Suatu organisasi kemasyarakatan Islam yang memiliki ciri khas  yang menonjolkan fungsi sebagai “mediator”.   Al Washliyah dalam dakwahnya selalu tampil sebagai juru penghubung, mediator, menjembatani hubungan antara  manusia dengan  Allah (hamblum minallah) dan hubungan antar manusia dengan manusia (Hamblum minannas). Jika ada perselisihan di antara sesama kelompok Islam, maka Al Washliyah ada di tengah-tengahnya. Orang Al Washliyah Suka berkumpul bersilaturrahim antar ulama, pelajar, mahasiswa dan membaur kepada ‘masyarakat umum. Dalam mengamalkan ajaran Islam banyak kemiripan dengan paham Yang dianut oleh organisasi NU.

Mengenal Al Washliyah selain dari namanya, juga  melalui lagu marsnya, berulang-ulang kata bersatu dan hentikan pertikaian untuk mencapai kemuliaan disebut hampir pada setiap baitnya.  Ada satu bait terakhir yang Indah liriknya bila  dinyanyikan dapat  menggugah rasa  yaitu; “Bersatulah ya ikhwan, hentikanlah pertikaian, junjung tinggi, amar Tuhan, hiduplah Washliyah zaman ber zaman.”

Melalui lagu marsnya, Al Washliyah menonjolkan ciri khasnya yaitu menyeru kepada saudara-saudaranya  manusia sedunia, manusia sebangsa, terutama antar sesama ikhwan muslim dan sesama anggota Al Washliyah agar selalu bersatu, menghentikan pertikaian, menjunjung Tinggi, perintah Tuhan.

Sesuai  misi utamanya sebagai penghubung,  orang Al Washliyah suka bergaul ke mana-mana, selalu berusaha untuk  tidak tampil sebagai salah satu pihak yang bertikai atau bersengketa, tapi  lebih memilih berperan menjadi penengah. Perselisihan yang terjadi  pada antar organisasi Islam maupun perselisihan dalam keluarga dan antardesa. Peran penengah  dilakukan oleh orang Al Washliyah baik para ulamanya, muslimatnya, para pelajar, mahasiswa, pemuda, cendikiawan, guru dan juga para anggota.

Kalau ditarik dari sejarah berdirinya Al Washliyah, salah Satu pendorong lahirnya Al Washliyah adalah adanya kehawatiran terhadap terjadinya  perpecahan di kalangan kaum muslimin mengamalkan ajaran Islam pada waktu itu. Perselisihan itu terjadi   antar “kaum tua” yaitu, masyarakat Islam tradisional yang mentolerir tradisi setempat masuk dalam kegiatan seremonial Islam sepanjang diyakini tidak bertentangan dengan ajaran Islam,  dengan  “kaum Muda” yaitu, ‘masyarakat Islam modern (pembaharu) yang menolak  bercampurnya   kegiatan Agama Islam dengan budaya, karena  khawatir pengamalan ajaran Islam menjadi tidak murni Lagi.

Perbedaan ini sebenarnya masalah furu’iyah (Cabang-Cabang) saja dari penafsiran ajaran Islam, akan tetapi pada waktu itu berat dugaan perpecahan terjadi karena diperbesar oleh penjajah Belanda  untuk memecah Umat Islam  Yang dikenal artikel baru politiknya “Pecah belah dan kuasai”  Maka Al Washliyah melakukan gerakan mempersatukan umat ​​untuk menuju kemerdekaan.

Perselisihan itu  ternyata masih berlanjut sampai  Indonesia sudah merdeka bahkan hingga saat  ini, namun suasana perbedaan itu pada saat ini  sudah terlihat lebih santun.

Inilah salah satu yang menjadi ciri khas utama Al Washliyah dibanding organisasi lainnya  yaitu, lebih menonjolkan peran sebagai washola, (penghubung). Tugas ini juga tertera dalam, al Qur’an Surat Al Hujarat ayat 10 Yang artinya, “Sesungguhnya mukmin orang mukmin itu  bersaudara, karena itu damaikanlah diantara saudaramu,  dan bertaqwalah  kepada Allah,  semoga kamu mendapat rahmat.”

Dalam, ayat ini dijelaskan bahwa Allah telah mempersaudarakan kaum muslimin di dalam, maka  tugas masing-masing orang Islam adalah “mendamaikan”, menjadi juru damai jika terjadi perselisihan, bukan bagian dari yang bersengketa atau bukan menjadi  pembuat masalah.

Para keluarga besar  Al Washliyah sekalian, dalam rangka HUT ke 83 Al Washliyah, mari kembali ke khittah. Damailah di hati, damailah dengan diri sendiri, jangan pelihara emosi, damai dengan keluarga, damai dengan sesama warga  Al Washliyah.  Kata orang sekarang “Semoga tiada dusta diantara kita”.

Jika yang ada  di dalam diri ingin damai, damai dan damai, Maka Insya Allah semua warga Al Washliyah akan dapat tampil di lapangan menjadi muslim yang indah, berbakti untuk Ilahi, menjadi juru damai jika  terjadi perselisihan di antara kaum yang bersengketa, antara masyarakat dengan  pemerintah maupun antar bangsa-bangsa di dunia.

Wassalam,
Penulis, Abdul Mun’im, Ritonga, SH.MH.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *