KAJIAN tentang motif pengurus organisaai massa terutama organisasi sosial keagamaan terlibat dalam dunia politik sangatlah beragam. Namun yang dapat dipastikan bahwa ketertarikan kader Al Washliyah untuk terjun ke dunia politik praktis didasarkan oleh banyak faktor.
Dalam bukunya, Jurdi (Elit Muhammadiyah dan Kekuasaan Politik, Yogyakarta, 2004) mengisahkan bahwa keterlibatan tokoh-tokoh Muhammadiyah pada dunia politik sangat terkait dengan aspek sejarah, dimana para pendiri Muhammadiyah pada mulanya juga merupakan tokoh-tokoh yang juga ikut terlibat dalam pergerakan kemerdekaan Repubik Indoensia. Kondisi yang sama juga terjadi di Nahdhatul Ulama.
Lebih lanjut Jurdi bercerita bahwa dalam perkembangannya, elit-elit Muhammadiyah kemudian tetap memiliki kecendrungan untuk terlibat dalam dunia politik.
Motif utama para elit terjun ke dunia politik tentu hanya akan diketahui oleh elit tersebut. Ini tentunya tentu dikarenakan setiap elit akan memiliki motivasi dan alasan tersendiri yang mendorong mereka untuk terjun ke dunia politik.
Untuk mengetahui motif pengurus Al Washliyah terjun ke dunia politik dapat dilakukan dengan mengklasifikasi elit ke dalam kelompok artikulati:
1.Pengurus yang secara murni mengambil sikap dan pendirian politik sesuai dengan khittah Al Washliyah dengan tidak memasuki wilayah real politics secara langsung,
2.Pengurus yang secara terus terang memilih partai politik tertentu sesuai kehendaknya masing-masing.
3.Pengurus yang masih konsisten mendukung kekuatan politik islam (d/h Partai Masyumi) yang saat ini terintegrasi menjadi PPP. Kelompok ini berargumen bahwa hanya partai Islam-lah yang akan bisa bersama-sama dengan Al Washliyah mengawal prinsip perjuangan Islam.
Bila memperhatikan klasifikasi di atas, maka terlihat dengan jelas bahwa setiap kelompok tentunya akan memiliki motif yang berbeda ketika mereka terlibat dalam dunia politik.
Secara sederhana, motif umum yang bisa dilihat dari keterlibatan elit oarganisasi massa keagamaan terlibat dalam dunia politik adalah karena alasan :
1.Memperluas wadah atau jaringan untuk memperjuangkan kepentingan umat.
2.Adaptasi atau strategi adaptif untuk menghindari benturan kepentingan dengan penguasa.
3.Ekonomi, bahwa dengan terlibat dalam dunia politik maka sumber daya ekonomi individu dan kelembagaan akan terbantu, dan alasan-alasan lainnya.
Berdasarkan motif-motif yang diungkapkan di atas, maka secara tidak langsung keterlibatan elit Al Washliyah dalam dunia politik juga membawa pengaruh bagi kelangsungan dan perkembangan organisasi. Pada masa orde baru, ada anggapan bahwa ormas keagamaan yang mampu bermesraan dengan pemerintah sedikit banyak akan memperoleh berbagai kemudahan dan fasilitas.
Kompensasi atas kemudahan dan fasilitas yang dirasakan akan menurunkan daya kritis organisasi secara kelembagaan pada kebijakan pemeritah. Pada kondisi demikian, Al Washliyah cenderung hanya akan menjadi pendukung setia (loyalis) pemerintah yang tidak bisa melakukan kritik konstruktif selain hanya menerima apa yang diputuskan oleh pemerintah.
Secara pribadi-pribadi juga, kader yang masuk dalam jajaran elit partai dan berkesempatan menduduki kursi legislative dan eksekutif akan berpengaruh pada pendapatan dan kesejahteraannya secara ekonomi.
Penulis
Dedi Iskandar Batubara, S.Sos, SH, MSP*
*Penasehat PP IPA / Wakil Sekretaris PW Al Washliyah Sumut/Wakil Ketua PW GPA Sumut/Sekretaris DPD KNPI Sumut/Anggota Dewan Pendidikan Sumut/Calon Anggota DPD RI 2014-2019/Mahasiswa Program Doktoral (S-3) Studi Pembangunan FISIP USU