JAKARTA – DPR RI mendesak Pemerintah Indonesia meninjau ulang hubungan dan kerja sama bilateral dengan Amerika Serikat dan Australia. Hal ini perlu dilakukan terkait dengan penyadapan yang dilakukan kedua negara tersebut terhadap Indonesia. Demikian disampaikan Wakil Ketua Komisi I DPR RI Ramadhan Pohan di Jakarta.
Menurutnya sampai saat ini belum ada itikad baik dari kedua negara itu untuk meminta maaf atas penyadapan yang dilakukannya. “Jika AS dan Australia tidak minta maaf, maka saya ingin DPR RI mendesak Pemerintah RI meninjau ulang hubungan dan kerjasamanya, termasuk kerjasama dalam kemitraan strategis,” ungkap Ramadhan.
Dijelaskannya, sangat banyak negara lain yang bisa dijadikan mitra strategis Indonesia. Masih ada Negara Cina, Rusia, Jerman dan lainnya yang bisa menggantikan posisi AS dan Australia. “Saya kecewa dan protes keras kepada pemerintah AS dan Australia,” tegasnya.
Dijelaskan Wasekjen DPP Partai Demokrat ini, fungsi pendirian kedutaan besar suatu negara sesuai Konvensi Vienna yang menjadi hukum internasional sangat mulia yaitu mendorong kerjasama atau memajukan kepentingan nasional. “Sedangkan penyadapan itu hina,” tutur Ramadhan Pohan.
“Kedutaan AS dan Australia tidak boleh jadi pusat dan sarana penyadapan terhadap Indonesia, seperti dokumen Snowden. Saya mengecam sekerasnya penyadapan itu. Ini harus disikapi pemerintah Indonesia bahwa RI sejatinya tidak butuh mereka. Kita memerlukan mitra, bukan pendusta apalagi penista,” terang pria yang kembali menjadi caleg DPR RI Dapil Sumut 1 itu.
Dengan penyadapan ini ditambahkannya, berarti AS dan Australia tidak konsisten membangun persahabatan dengan Indonesia. Dia melihat hubungan mesra yang selama ini dijalin ternyata hanya pura-pura. Kedua negara tersebut hanya manis di bibir. “Persahabatan dan kemitraan yang selama ini ada ternyata palsu, sandiwara, basa-basi,” terang Ramadhan.
AS dan Australia telah mempermalukan kedaulatan Indonesia di dunia internasional dan mengabaikan peran sentral Indonesia dan Asean di Asia Pasifik. Dengan kejadian penyadapan ini sangat sulit menjalin hubungan bilateral terhadap kedua negara tersebut dengan saling percaya.
(mrl)