MAKKAH – Imam Khozin,53, bingung bukan kepalang terpisah dari teman-temannya usai ibadah di Masjidil Haram. Matanya tergenang dan tubuhnya gemetar. Kecemasan petani asal Blitar itu akhirnya teratasi berkat bantuan pasukan ‘sapu jagat’.
Khozin awalnya diantar seorang jamaah haji asal Malaysia ke terminal penampungan jamaah haji Indonesia yang tersesat di Terminal Gazza, selepas salat subuh Masjidil Haram, Makkah, Sabtu (28/9/2013).
“Kulo bingung sanget. Kulo saget wangsul dateng maktab kulo mboten, Pak? (Saya bingung sekali. Saya bisa kembali ke maktab saya nggak Pak?),” kata Khozin dengan suara tercekat.
Khozin lalu bergabung dengan belasan jamaah haji tersesat yang ‘ditampung’ petugas ‘sapu jagat’. Kasus jamaah tersesat hampir terjadi disetiap musim haji. Jamaah haji tersasar salah satunya karena kurang memahami medan di Masjidil Haram.
“Tenang ya Pak. Istiqfar ya. Bapak insya Allah bisa pulang ke pemondokan,” kata Ahmad, seorang petugas haji.
Setelah minum, Imam bercerita dirinya bersama dua temannya melakukan tawaf sunah. Tawaf sunah itu sudah 2 kali dilakukannya. Ia terpisah saat mengambil air minum di areal Masjidil Haram.
“Kok kulo ditinggal. Istri wonten maktab. (Kok saya ditinggal. Istri ada di maktab),” ujarnya lirih
Imam diminta petugas menunjukkan kartu lokasi pemondokan. Rupanya, di kartu itu tidak tertera atau ditulis nomor rumah. Imam hanya tercatat dari Embarkasi Surabaya kloter 29.
Petugas terus menghibur rasa gundah gulana Imam. “Insya Allah pulang ke pemondokan. Sabar ya. Bapak sebaiknya simpan tenaga untuk puncak haji,” kata seorang petugas ‘sapu jagat’ Ahmad Jumala (44).
Ahmad yang bekerja di Jeddah itu telah 4 kali menjadi petugas bus keliling menyisir dan mengantar jamaah tersesat hingga ke pemondokan di musim haji 1434 Hijriah ini.
Tidak menanti lama, Imam bersama 1 jamaah pria dan 3 jamaah perempuan asal Makassar diantar petugas ke pemondokan.
Mobil petugas sapu jagat meluncur ke pemondokan di sektor 4 untuk terlebih dahulu mengantar jamaah perempuan ke pemondokan. Nah, setelah itu petugas ‘sapu jagat’ mengantar seorang jamaah pria asal Surabaya.
“Sanes niki, sanes niki, maktab kulo mboten sae kados niki (Bukan ini, bukan ini, maktab saya tidak bagus begini),” kata Imam panik melihat pemondokan sektor 5 yang mewah.
Air mata Imam pun tumpah dan seolah enggan turun dari mobil. Dengan penuh kesabaran, Ahmad memberikan penjelasan kepada Imam Jejak pemondokan Imam ditelusuri di Sektor 5 Jarwal Taysir. Pemondokan Imam terlacak. Ayah 3 anak ini ternyata menghuni pemondokan di sektor 6 nomor 613.
Petugas ‘sapu jagat’ bergegas mengantar Imam ke pemondokan. Memasuki wilayah sektor 6, Imam sedikit lega. Ia mulai mengenali sedikit demi sedikit lokasi menuju pemondokannya.
Imam berbagi cerita, dirinya bersyukur bisa pergi ke Tanah Suci bersama sang istri Siti Rohmah (48) setelah menabung belasan tahun lamanya. Rencananya, kata Imam, hari ini akan diajak ziarah bersama-sama oleh ketua rombongan.
Setiba di depan pemondokan, kecemasan Imam berubah menjadi rasa lega. Imam bergegas naik ke lantai 1 menemui sang istri.
“Saya tidak bisa membalas apa-apa, terima kasih banyak,” ujar Imam sambil tersenyum.
“Saya senang bisa membantu,” ujar Ahmad.
(mch/esbeem)