INI adalah cara pandang saya untuk mengukur tingkat keberhasilan pribadi yang dicapai oleh seseorang terkait dengan tahapan waktu yang dijalani dalam perjalanan kehidupan. Pandangan ini tak terlepas dari nilai yang diajarkan oleh agama Islam karena dalam menggunakan waktu tersebut menurut cara pandang Islam menilai ada orang yang beruntung dan ada orang yang merugi. Di dalam surat “Al Asr” Allah bersumpah tentang waktu. Allah berfirman “Demi masa (waktu) sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menaati kesabaran”.
Mungkin teori ini dapat menolong kita untuk membuat standar usia dalam pencapaian keberhasilan pada perjalanan kehidupan pribadi. Teori ini bukan harga mati, tetapi hanya sekedar membantu memberi ukuran dan kesadaran apakah dalam kehidupan yang sedang dijalani ini kita berada dalam posisi untung atau rugi, atau dalam posisi normal mencapai keberhasilan atau sudah termasuk orang yang terlambat, tertinggal atau malah sudah lebih maju dari ukuran biasa. Teori ini pada dasarnya ditujukan untuk mengukur tingkat keberhasilan bagi seorang pria yang tampil sebagai kepala keluarga dan pemimpin yang bertanggung jawab terhadap rumah tangga dan lingkungan masyarakatnya, namun diantaranya juga dapat dipakai untuk mengukur kesuksesan bagi perjalanan hidup kaum wanita.
JIKA USIA KITA SAAT INI SUDAH 25 TAHUN (IBNAL KHOMSA WA ISYRIN)
Pada usia seperempat abad pertama ini (25 tahun), sekurang-kurangnya kita sudah memiliki 4 hal untuk dijadikan sebagai landasan hidup utama, Ibarat pesawat udara sudah dipersiapkan segala sesuatunya untuk tinggal landas dan segera take off yaitu;
Pertama di bidang pendidikan. Untuk pendidikan sudah semestinya kita dalam usia 25 tahun mencapai tingkat S1, kalau mungkin sudah S2, bahkan saat ini sudah banyak orang-orang muda yang bisa mencapai tingkat S3. Jika pendidikan tingkat S1 saja kita belum selesai, maka kita sudah termasuk kategori terlambat karena akan mengganggu pencapaian yang lainnya. Sebagai orang yang beragama, maka bidang pendidikan ini juga harus diseimbangkan dengan mendapatkan pengetahuan ilmu agama agar kita tidak tergolong menjadi orang awam dalam beragama. ilmu agama ini perlu sebagai bekal untuk menjalani kehidupan saat ini dan masa mendatang.
Saat usia muda itu semuanya masih dalam keadaan prima penuh energik, jadi bisa mengejar ilmu umum maupun ilmu agama secara bersama-sama, terutama bagi orang yang beragama Islam dapat mengetahui ilmu tauhid, hukum-hukum Islam, ilmu ahlak, menghapalkan al Qur’an dan hadis, mengetahui sejarah Islam dan mengerjakan ibadah yang cukup termasuk ibadah yang memerlukan gerakan fisik.
Kedua sudah bekerja. Bekerja terutamanya ditujukan untuk mendapatkan uang memodali kehidupan dalam berumah tangga, kerja tahap pertama hasilnya minimal sudah bisa untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup berumah tangga, untuk keperluan sehari hari kita sendiri, isteri dan satu anak seperti kebutuhan sandang pangan dan kebutuhan dasar lainnya. Tentunya dalam mendapatkannya akan memilih rezeki yang halal agar berkah bagi orang yang memakainya.
Ketiga sudah berumah tangga. Jika pada usia 25 tahun kita sudah berumah tangga maka kita akan berada dalam posisi yang normal dan enak masa depannya, apalagi mendapat pasangan yang soleh tentu rumah tangga terasa jadi lebih nikmat. Nanti pada saat kita berusia 50 tahun, jika semuanya berjalan normal, disaat itu kita dan isteri sudah mulai dalam proses uzur, namun fisik masih tampil tegar, kita telah memiliki anak pertama dan kedua yang sudah sarjana, bahkan mereka sudah bisa berumah tangga juga pada saat itu, jika memiliki anak lebih dari dua juga masih kuat dan sehat untuk mengantarkan mereka sampai ke gerbang rumah tangga.
Jika kita terlambat berumah tangga, maka itu akan dapat menggeser berbagai perencanaan yang terkait dengan program kehidupan ke depan terutama masa depan anak dan dorongan untuk mendapatkan sarana kehidupan yang lebih cepat.
Keempat sudah memiliki rumah tinggal. Rumah tinggal ini yang membuat kita hidup lebih tenteram (sakinah), usahakan dekat dengan rumah ibadah, jika belum ada minimal saat itu kita mengontrak rumah sehingga tinggal sendiri tidak menumpang dengan orang tua, rumah mertua atau rumah orang lain walau rumah itu bagus. Menurut biasanya satu keluarga tinggal dengan orang lain cenderung menimbulkan suasana yang tidak membawa rasa tenteram yang penuh.
Untuk mendapatkan rumah yang lebih baik sesuai yang diidam-idamkan tunggu saja pada periode kehidupan berikutnya jika sudah ada kelapangan. jika saat itu telah mempunyai kenderaan walau seperda motor sudah lumayan.
Selain itu pada usia ini, saatnya untuk melengkapi fondasi hidup untuk menapak lebih jauh ke depan. Semestinya sudah memiliki dasar-dasar kepemimpinan yang baik, tingkat emosional yang sudah mulai matang dan seimbang, memiliki kehidupan sosial yang sehat dengan keluarga dan tetangga, sudah memiliki banyak teman dan networking yang baik.
Jika kita dapat memenuhi hal hal tersebut di atas dalam usia 25 tahun, menurut saya kita termasuk kategori orang sukses di usia seperempat abad pertama. Jika usia kita sudah mencapai 30 tahun (ibnal tsalatsin) atau lebih, akan tapi masih belum mencapai hal-hal tersebut di atas, maka kita sudah termasuk kategori terlambat atau tertinggal, karena batas toleransi untuk mencapainya maksimal sampai usia 30 tahun.
Namun demikian jika kita masih juga belum berhasil mencapainya, maka tidak perlu khawatir dan berputus asa, karena Allah Maha Pengasih dan Penyayang, Jika Allah masih memberi waktu, tentu kita masih dapat menggunakan waktu yang masih ada itu untuk mengejar ketertinggalan. Banyak juga orang yang mencapai hasil belakangan melebihi orang yang lebih dahulu mencapai keberhasilan darinya.
Bayangkan, jika teori ini kita gunakan, betapa besar bermanfaatnya waktu itu, betapa sibuknya kita mempersiapkan diri mendapatkan itu semua, terutama sejak usia 20 sampai 25 tahun. Sayang sekali jika dalam usia potensial yang prima itu kita gunakan untuk melakukan hal hal yang kecil dan remeh-remeh, tentu untuk mencapai hal hal di atas akan kecil kemungkinannya, sebab keadaan orang saat ini umumnya tergantung kepada masa lalunya, bagaimana ia bertindak, apa yang dia kerjakan dan usahakan.
JIKA USIA KITA SAAT INI SUDAH 50 TAHUN (IBNAL KHOMSIN).
Pada usia seperempat abad kedua ini (usia mencapai 50 tahun) atau masuk usia setengah abad, saatnya kita sudah menyempurnakan hal-hal yang kita peroleh pada usia seperempat abad pertama ketika kita berada di landasan, sebagaimana tersebut di atas. Ibarat pesawat udara pada usia 25 tahun kedua ini kita sedang take off sampai mencapai ketinggian batas maksimum.
Pada usia ini, kita lebih gigih lagi bekerja dan berjuang, mengerahkan semua potensi fisik, jiwa dan akal yang sudah dibekali dengan ilmu dan pengalaman hidup dan sudah ada keluarga yang mendukung. Pada saat itu kita sedang gesit-gesitnya bekerja keras dan berjuang untuk mencari nilai tambah dari apa yang sudah kita miliki seperti mencapai karir puncak, mengurus rumah tangga, membesarkan dan mempersiapkan masa depan anak-anak, membangun pengaruh di tengah-tengah masyarakat, dsb. Penentuan keberhasilan kita selanjutnya biasanya akan terlihat pada usia 40 tahun.
Pada usia seperti ini, meskipun kita sedang bekerja keras tapi juga pada waktu yang sama harus bisa menikmati kehidupan seperti; melaksanakan ibadah yang cukup, melakukan rekreasi ke berbagai daerah atau negara bersama anak isteri/suami, bersilaturrahim kepada keluarga dan teman, dsb. Kita tidak tahu apakah kita masih diberi kesempatan untuk melanjutkan hidup sesudahnya atau tidak, kita tidak tahu.
Jika usia kita sudah mencapai 50 tahun, kita tidak menyempurnakan tingkat pendidikan tinggi, ilmu agama masih dangkal, pekerjaan masih tidak tetap sehingga penghasilan tidak jelas, apa lagi belum menikah, belum memiliki rumah tinggal sendiri yang layak dan bagus, maka kita sudah dalam kategori terlambat dan tertinggal. Namun demikian jangan berputus asa dari rahmat Allah, kita masih dapat menggunakan usia yang masih tersisa jika masih diberi Allah kesempatan, namun kualitasnya sudah menurun.
JIKA USIA KITA SAAT INI SUDAH 50 SAMPAI 60 TAHUN (IBNAL SITTIN)
Pada usia lebih dari setengah abad ini, saatnya kita sudah bisa menikmati hidup yang tenang dan tenteram, menikmati semua yang sudah kita peroleh dari perjuangan yang kita usahakan, tidak lagi sibuk dan bekerja keras. Waktunya sudah lebih singkat hanya tersisa 10 tahun. Ibarat pesawat udara kita sudah berada di udara menuju tempat yang dituju dan akhirnya akan menurun untuk landing.
Pada saat usia seperti ini kita masih dihadapkan kepada dua pilihan yang berat, memilih untuk mempersiapkan bekal untuk menuju kampung akhirat atau masih mengejar kebesaran dunia. Jika kita memiliki kemampuan extra maka kita bisa melakukan keduanya secara maksimal secara bersamaan dengan capaian tingkat keberhasilan yang tinggi.
Jika kita lebih memilih untuk mempersiapkan bekal sebanyak banyaknya untuk menuju kampung akhirat, maka kita akan lebih fokus dan kosentrasi dalam beribadah kepada Allah, tidak diganggu kesibukan dan gejolak batin yang tinggi. Kita dapat menikmati hidup yang tenang dan tenteram disaat kita memiliki potensi yang besar, kita dapat menikmati masa ketenangan hidup yang baik, kita lebih kosentrasi beribadah.
Kehidupan seperti itu Ibarat pesawat sudah berada di udara setelah take off maka pesawat itu akan berjalan dengan tenang tidak lagi mengalami kesibukan seperti saat berada di landasan maupun saat take off. Pada saat itu dalam gerakan sehari-hari sudah tidak lagi memerlukan energi yang besar dan kesibukan yang luar biasa. Namun demikian perjalanan tetap tidak mulus seratus persen, karena sekali-kali masih ada awan tebal yang menggoncangkan pesawat, tergantung keadaan awan dan kekuatan pesawat dalam menghadapinya serta kepiawaian pilot mengendalikannya. Tetapi biasanya tidak terlalu mengganggu perjalanan.
Biasanya pada saat kita menyibukkan diri untuk persiapan bekal ke akhirat, tentu pengejaran untuk kebesaran dunia akan tidak maksimal, kita ingin menyediakan waktu yang cukup untuk mengejar ketertinggalan selama ini untuk mengisi bekal akhirat, karena waktu yang lalu kita masih disibukkan untuk berjuang meraih segala keperluan hidup baik bersifat materi dan non materi.
Bagi orang yang sangat khawatir kalau dia masih sibuk dengan urusan bersifat duniawiah akan membuat ia gagal masuk ke dalam sorga, dalam usia setelah setengah abad ini tentu ia akan merasa takut, ia akan lebih memilih hidup mempersiapkan bekal akhirat karena di akhirat itu jauh lebih baik dari kehebatan dunia dengan segala isinya. Diakhirat akan hidup selamanya, karena itu ia berpandangan jangan sampai ia gagal memasuki sorga itu karena terpesona dengan keelokan dunia hingga selalu saja sibuk dan larut mengurusi dunia yang bakal ditinggalkan.
Jika kita lebih memilih untuk mengejar kebesaran dunia, biasanya persiapan untuk akhiratnya sedikit terganggu baik waktu maupun kosentrasi. Pada saat usia lebih setengah abad itu biasanya kita akan lebih tergoda untuk meraih sukses dunia. Pada saat itu biasanya kita lebih mudah untuk meraih sukses yang bersifat keduniaan, karena sudah punya modal yang cukup hasil dari perjuangan gigih yang sudah diusahakan sebelumnya. Pada saat itu kita memiliki kekuatan yang hebat untuk meraih posisi tinggi dalam mengejar kebesaran dunia, baik dibidang kedudukan, kekuasaan, harta, maupun pengaruh dll.
Kalau kita memilih kesuksesan bersifat keduniaan ini, biasanya kehidupan yang tenang dan tenteram serta persiapan untuk menyempurnakan bekal di kampung akhirat akan terkorbankan walau tidak sepenuhnya. Kecuali kita orang yang mempunyai kemampuan extra sehingga bisa juga pada saat yang sama menggunakan kekuatan dari kedudukan dan penguasaan materi yang cukup serta pengaruh uang besar dapat digunakan untuk alat perjuangan menambah bekal bagi kampung akhirat. Disamping itu kita bisa secara konsisten membagi waktu dan perhatian dalam masa yang sama untuk mengisi bekal di kampung akhirat.
Namun banyak sekali kita saksikan dengan kasat mata, orang-orang yang mengejar kebesaran dunia, bersamaan dengan itu ia dituntut pula melakukan sesuatu yang hebat untuk posisinya atau upaya yang harus dilakukan untuk tetap dapat mempertahankan kekuasaan, pengaruh, pemasukan uang dsb yang sudah dia miliki maupun yang sedang diusahakan. Dengan demikian ia bukan hanya terganggu dari kekhusukan dalam beribadah dan tergesa-gesa saat melaksanakan ibadah, tapi malah ikut melakukan penyelewengan bersama sama orang lain yang mendukung kepemimpinan dan kebesarannya untuk memenuhi tuntutan apa yang ingin dikejarnya. Hal ini tidak hanya terjadi di kalangan pemerintahan, tapi juga terjadi di kalangan swasta.
Hidup ini pilihan, Allah sangat demokratis, Ia memberikan kesempatan dan kebebasan bagi kita manusia untuk memilih jalan hidup, kita dibekalinya akal, hati nurani, perlengkapan fisik dan sarana hidup lainnya, hasilnya tentu sesuai dengan pilihan kita.
Jika kita salah dalam memilih jalan hidup mengisi perjalanan usia ini di usia senja, maka kita sudah terlambat dan tertinggal, tidak banyak lagi kesempatan untuk mengejar ketinggalan dan memperbaikinya, pada saat ini rugilah orang yang salah dalam memilih jalan hidup dan beruntunglah orang yang sudah benar memilih jalan hidupnya, semua akan kembali kehadirat Allah SWT. Namun demikian untuk penentuan akhir tentang keberhasilan seseorang Allah yang paling tahu, karena keputusan akhir ada ditangan-Nya.
JIKA USIA KITA SAAT INI SUDAH LEBIH DARI 60 TAHUN
Pada usia lebih dari 60 tahun, saatnya kita untuk bersiap-siap menghadapi akhir dari kehidupan, waktunya sangat singkat sekitar 3 tahun. Ini sesuai dengan perkataan Rasulullah bahwa usia umatnya tak jauh dari usianya sekitar 63 tahun dan kenyataannya juga demikian, sejak masa Nabi Muhammad hingga saat ini rata-rata usia manusia di dunia termasuk di Indonesia sekitar 60 sd 65 tahun. Ibarat pesawat sudah sampai menuju tempat yang dituju dan segera turun untuk landing dan tak lama pesawat akan segera berhenti dan parkir ditempat yang sudah disiapkan, setelah itu selesailah kisah perjalanan.
Pada saat usia seperti ini, fisik sudah semakin lemah sakit-sakitan dan uzur, perhatian sudah tertuju untuk mempersiapkan kematian dan menghadapi problem kesehatan. Kalau sebelumnya kita sangat bermanfaat, di saat saat seperti ini kita mulai menyusahkan orang lain karena mereka harus menyiapkan waktu dan perhatian untuk menjaga kita. Pada saat itu Allah akan mengembalikan kita seperti keadaan semula, kembali seperti anak anak dan akhirnya kembali pulang kehadiratnya.
Pada saat seperti itu, manusia lebih banyak hidup sendiri karena generasi seusianya juga sudah keletihan menghadapi problem masing-masing, tidak bisa lagi bermain bersama-sama seperti saat muda dulu karena selera juga sudah berbeda dan cenderung pemarah, mudah tersinggung. Mereka biasanya merenungi nasib dengan melihat kilas balik perjalanan hidup yang sudah dijalaninya. Jika ia pada jalur yang benar ia akan bersyukur dan terus melakukan ibadah sekuatnya degan kualitas yang tinggi seperti shalat di awal waktu berjamaah ke masjid, sambil menunggu kapan Allah akan memanggilnya. Jika Ia salah memilih jalan hidup, ia akan menyesali perbuatannya, ia akan selalu menangisi kesalahannya dengan mengenang masa lalunya yang tidak bisa kembali dan diulangi lagi, pada saat itu menyesal tidak ada gunanya.
Harapan terakhir bagi orang-orang yang sudah berusia lebih dari 60 tahun adalah selalu bertaubat dan berdo’a, bagi yang muslim akan selalu memperbanyak zikir dan shalat serta berdo’a untuk mendapatkan Khusnul Khotimah (happy ending) dan di jauhi dari Suul Khotimah, (sad ending). Jika pada saat usia seperti itu diantara kita masih ada juga orang yang lupa diri, masih terus saja menyibukkan diri untuk urusan dunia, dan lalai untuk mempersiapkan kematian, berarti secara pandangan manusia kemungkinan besar orang tersebut sudah jauh dari hidayah Allah.
Memang satu dua orang ada yang masih cukup aktif di usia 60 tahun bahkan ada yang sampai usia 80 tahun, walau pada saat itu kulit tubuh sudah lesut, tapi itu hanya ada dialami oleh beberapa orang saja di dunia ini, jumlahnya tidak banyak, karena itu sulit untuk meyakini diri kita apakah kita akan mencapai usia lanjut yang tetap kuat, tegar dan aktif.
Sekarang masing-masing kita tinggal menghitung tahun. Jika usia berjalan normal, berapa tahun lagi sisa kontrak hidup kita di dunia ini?. Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?, semua terpulang kepada kita masing-masing. Kita yang memilih dan kita juga yang merasakan hasilnya. Ada yang mengibaratkan usia itu seperti obat nyamuk, jika ia mulai dibakar akan terus menjalar dan pada waktunya obat nyamuk itu akan habis juga.
Demikain semoga bermanfaat, Wallahu a’lam.
Abdul Mun’im, SH. MH.