JAKARTA – Penyelenggaraan miss world atau kontes ratu sejagad di Indonesia, menurut Ketua Pengurus Besar Aljam`iyatul Washliyah, H.Masyhuril Khamis, pada dasarnya hanya untuk kepentingan kapitalis, karenanya sendi-sendi agama, budaya ketimuran sudah tidak menjadi halangan bagi mereka.
Hal itu ditegaskan Masyhuril Khamis kepada kabarwashliyah.com di Jakarta, hari ini, menanggapi rencana penyelenggaraan miss world di Bali, Indonesia dan Bogor, Jawa Barat.
Menurut Masyhuril Khamis, secara tegas organisasi Islam seperti Aljam`iyatul Washliyah (Al Washliyah) menolak kegiatan tersebut, sebab akan merusak tata norma bangsa kita yang berbudaya, beradat istiadat, apalagi kita mayoritas muslim.” jelasnya.
Untuk itu, kata Ketua PB Al Washliyah Bidang Dakwah ini, mengajak semua potensi umat yang cinta agama, budaya, adat istiadat untuk menolak rencana kegiatan itu.
Jika ini dipaksakan, maka berarti pemerintah sudah tidak peduli lagi dengan aspirasi umat atau rakyatnya. Karena menganggap miss world hanya dilihat semata-mata dari segi promosi wisata, namun mengabaikan dampak kehancuran generasinya. “Karenanya mari kita sepakat dan bersatu menolaknya.”
Selain itu, PB Al Washliyah juga memerintahkan anggota dan Pengurus Wilayah Al Washliyah Provinsi Bali untuk bertindak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Sejumlah tokoh Al Washliyah mengharap pemerintah merespon dan memberikan solusi terbaik atas banyaknya protes umat Islam terhadap rencana kontes ratu sejagad ini. Ketika Pak Harto dan Ibu Tien sebagai Ibu Negara, masih menjabat, kegiatan kontes-kontesan sama sekali tidak diizinkan diselenggaraan di Indonesia, apalagi menjadi tuan rumah kontes orang asing. “Harusnya pengambil kebijakan negara ini berpikir ulang dan merenungkan hal ini dengan baik dan benar.”
Sementara itu, Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, mengatakan tidak ada alasan untuk membatalkan acara Miss World, karena panitia pelaksana memastikan siap mematuhi aturan agama dan budaya di Indonesia.
Gubernur Pastika mengatakan bahwa sebelum Bali bersedia menjadi tuan rumah, pemerintah provinsi Bali telah mengajukan syarat kepada panitia Miss World untuk mengikuti etika dan tata susila yang berlaku di Indonesia, seperti tidak mengenakan bikini.
Bagi Bali, menjadi tuan rumah pelaksanaan Miss World juga memberi keuntungan dari segi promosi pariwisata, ujarnya. “Anda bayangkan, 131 negara pesertanya, dengan jurnalis sekitar 1,000 orang. Itu akan dilihat di seluruh dunia. Ini promosi gratis buat kita, apalagi saya yakin banyak yang live,” ujarnya.
(esbeem)