MEDAN – Krisis global yang mulai merembet masuk ke Indonesia dinilai tidak bisa diselesaikan dengan penyelesaian normatif seperti empat paket kebijakan pemerintah yang telah digulirkan. Melemahnya nilai tukar rupiah dan lesunya pasar saham yang ditandai anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan diprediksi bakal terus berlangsung jika tanpa penanganan cepat.
“Saya menilai paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah itu tidak pas karena kebijakannya lebih untuk jangka panjang,” kata Hary Tanoesoedibjo, calon Wakil Presiden RI, usai membuka acara pembekalan calon legislatif partai Hanura se-Provinsi Sumatera Utara, Minggu (25/08/2013) di Convention Hall Hotel Tiara Medan, Sumatera Utara.
Sebelumnya, pemerintah menggulirkan empat paket kebijakan penyelamatan ekonomi yaitu perbaikan defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah terhadap dolar, menjaga pertumbuhan ekonomi dengan memastikan defisit APBN-2013 tetap sebesar 2,38% dan pemberian insentif, lantas menjaga daya beli, dan yang keempat mempercepat investasi.
Menurutnya, pemerintah harus mengeluarkan butir-butir kebijakan yang menyentuh langsung pada akar persoalan krisis ekonomi saat ini. Seperti menaikkan suku bunga karena hal ini dapat mengarahkan perbankan untuk memberikan kredit pada sektor produksi seperti sektor bisnis, pabrik, dan infrastruktur. “Bukan pada sektor konsumsi, hal ini akan membantu pertumbuhan lapangan pekerjaan,” tegasnya.
Hary Tanoe meminta pemerintah mengambil langkah-langkah konkrit dan cepat untuk menyelamatkan Indonesia dari krisis. Agar industri-industri dalam negeri tidak gulung tikar. Sehingga peristiwa krisis ekonomi pada tahun 1998 tidak terulang kembali.
Devisa negara juga terkuras dengan adanya impor minyak besar-besaran. Sekadar informasi cadangan devisa bisa digunakan untuk intervensi pasar untuk menjaga rupiah. Seperti diberitakan kebutuhan bahan bakar minyak(BBM) Indonesia sekitar 1,4 juta kiloliter. Sedang produksi minyak mentah nasional hanya 840.000 barrel perhari
“Harus ada antisipasi terhadap kebutuhan BBM yang terus tumbuh. Pertumbuhan masyarakat Indonseia yang semakin tahun semakin besar, begitu juga pertumbuhan masyarakat menengah,” kata HT. Setiap hari pemerintah merogoh kocek sekitar 50 juta dollar AS per hari, atau sekitar 1,5 miliar dollar AS per bulan.
Penanganan Cepat
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini berpotensi mengulangi krisis ekonomi tahun1998. Hal tersebut terjadi bila pemerintah tidak segera melakukan perbaikan melalui paket-paket ekonomi yang tepat sasaran.
“Pemerintah harus mengantisipasi agar krisis tahun 1998 tidak terulang kembali. Saya kuatir bila krisis ini tidak segera diatasi, banyak industri yang akan terkena musibah dan berujung pada PHK,” ujar Hary Tanoe.
Nilai mata uang rupiah yang tak kunjung menunjukkan penguatan akan memicu terjadinya inflasi. Akhir pekan lalu rupiah masih loyo berkisar di rentang Rp 11.000 per dollar AS. Dalam sepekan terakhir rupiah turun sebesar 6%.
Padahal selama ini ketergantungan Indonesia terhadap impor sudah besar. “Hampir seluruh produk di Indonesia ada komponen yang berasal dari impor, aktivitas impor sudah tidak terkendali” kata HT.
Dia menambahkan saat ini pengaruhnya memang belum begitu terasa. Sebab produk-produk yang diproduksi saat ini masih menggunakan stok yang sudah ada. Sehingga depresiasi rupiah belum banyak berpengaruh terhadap harga barang.
Namun jika tidak ada penanganan cepat maka masyarakat Indonesia harus berhadapan dengan inflasi. Nilai mata uang mengalami penurunan, alias harga barang-barang mengalami kenaikan. (gardo)