REFORMASI 2011- Reformasi Tunisia yang akhirnya menggulingkan Presiden Zainal Abidin berdampak terhadap pergolakan politik terhadap negara-negara Arab lainnya, seperti Yaman, Mesir, Jordania. Isu politik yang akhir-akhir ini memanas di kawasan Timur Tengah seperti letusan Wedus Gembel gunung merapi meluluh lantahkan kebijakan politik Amerika dan dunia barat lainnya terhadap kawasan Timur Tengah.
Mesir dengan pangkalan Terusan Suwes dan daratan Sinai sebagai sentral ekonomi dan politik perdamaian antara Palestina dan Israel akan berdampak besar bagi nasib pemerintahan Mesir kedepan. Apakah demokrasi yang digemborkan oleh Amerika dan dunia barat lainnya selama ini dapat menjadi solusi atau malah menjadi racun bencana bagi Amerika dan sekutunya. Dimana Mesir adalah negara yang memiliki penduduk lebih dari 70 juta jiwa, terbanyak diantara negara-negara Arab lainnya. Disamping Mesir pusat pendidikan Islam terbesar dunia, tokoh intelektual mereka banyak menduduki posisi-posisi penting di keorganisasian dunia.
Amerika memiliki kartu tawar yang sangat strategis bagi Mesir apakah demokrasi dan revormasi bila diterapkan di Mesir akan mempengaruhi terhadap perdamain kawasan Timur Tengah terutama Palestina dan Israel atau tidak..? Amerika dan sekutunya akan tetap mengambil langkah dan sikap dengan tegas tidak akan memberikan demokrasi utuh kepada rakyat Mesir karena akan dikhawatirkan Ikhwanul Muslimin (berdiri tahun 1928) oleh Hasan Al Banna (1906-1949) akan memegang kekuasaan dalam pemerintahan.
Jika Ikhwanul Muslimin yang berkuasa, ancaman bagi Israel terhadap kemerdekaan Palestina akan semangkin dekat. Tentunya kekhawatiran ini tidak akan dibiarkan oleh Israel, Amerika dan sekutunya. Disinilah Amerika dalam posisi tawar yang ambigu antara mempertahankan Husni Mubarak atau menggantikannya dengan orang-orang dekatnya sepeti Umar Sulaiman (Kepala Badan Intelijen Mesir) atau orang-orang yang memiliki visi dan misi sama dengan Husni Mubarak. Karena melepaskan kekuasaan Husni Mubarak kepada partai-partai yang ada sekarang ini, baik partai yang liberal, demokrat apalagi partai yang dianggap ekstrim oleh Amerika seperti Ikhwanul Muslimin tidak akan dapat menjamin kepentingan Amerika dan sekutunya akan berhasil di kawasan Timur Tengah kedepan.
Penguasa-Penguasa Mesir
Mesir adalah salah satu negara yang memiliki peradaban tertua selain Persia, Yunani, India, dan China. Penguasa yang pernah memerintah di Mesir dimulai sejak imperium Agustus Roma tahun 30SM-323M, kemudian berpindah pusat kekuasaan imperium Roma ke Bizantium yang juga dinamai dengan Konstantinopel sebutan bagi pemerintahan baru yang dimulai sejak tahun 323M-641M sampai masuknya agama Islam di Jazirah Arabia oleh Nabi Muhammad Saw. Masuknya kekuasaan Islam di Mesir pada masa kekhalifahan Ar Rasyidin (Abubakar Siddiq, Utsman bin Affan, Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib) sejak tahun 640-658M/20-38H. Dimana ketika itu gubernur-gubernur yang pernah memerintah Mesir dipegang oleh Abu Abdullah Amru bin ‘Ash (640M), Abdullah bin Sa’ad (646M), Muhammad Ibnu Hudzaifah (657M), Qaisy bin Sa’ad bin Ubadah Al Anshari (657M, beliau berkuasa hanya beberapa bulan saja), dan Muhammad bin Abi Bakar As Shiddiq (657- Juli 658M).
Lalu pada masa kekuasaan Khilafah Umawiyah yang didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan berkuasa di Mesir sejak tahun 661-750M/40-132H, lalu berganti kekuasaan kepada Khilafah Abbasiyah (Keturunan Abbas) berkuasa di Mesir sejak tahun 750-1258M/132-656H, Khilafah Thuluniyah (868-934M/254-322H), Khilafah Akhsyidiyah (933-969M/325-357H), Khilafah Fathimiyah berkuasa di Mesir sejak (973-1171M/362-567H), pada masa pemerintaahan inilah didirikannya kota Cairo dan Universitas Al Azhar oleh Al Mu’iz Lidinillah Al Fathimi (Syi’ah), Khilafah Al Ayyubiyah berkuasa di Mesir sejak (1171-1250M/567-648H), Khilafah Al Mamalik berkuasa di Mesir sejak (1250-1382M/648-784H), Khilafah Utsmaniyah berkuasa di Mesir sejak (1517-1805M/923-1220H), sampai runtuhnya Khilafah Turki Utsmaniyah.
Lalu kekuasaan Mesir dipimpin oleh keluarga Muhammad Ali berkuasa di Mesir sejak (1808-1952M/1220-1371H) yang selanjutnya kekuasaan Mesir periode Revolusi dimulai sejak tahun 1952M/1371H yang menumbangkan kekuasaan Faruq-I lalu Mesir dipimpin oleh Jendral Muhammad Najib sejak tahun (1953-1954M), beliaulah presiden pertama sejak Mesir menjadi negara berbentuk Republik yang di proklamirkan pada 18 Juni 1953 sampai Nopember 1954. Pindahnya kekuasaan Muhammad Najib kepada Jamal Abdul Nasir sejak tahun (1956-1970M) beliau tokoh sentral penggerak Revolusi 23 Juli 1952 dan pada tahun 1954 menjadi Perdana Mentri Mesir, lalu terangkat menjadi presiden pada tahun 1956. Beliau mencetuskan pembangunan Terusan Suwes, diangkat sebagai pemimpin persatuan negara-negara Arab dan akhirnya beliau wafat pada 28 September 1970.
Lalu berlanjut pemerintahan kepada kekuasaan Anwar Sadat sejak tahun (1970-1981M). Beliau dikenal sebagai tokoh kharismatik pejuang kemerdekaan dan perdamaian sehingga mendapat hadiah Nobel perdamaian pada tahun 1978. Anwar Sadat juga dikenal sebagai bapak tokoh penggerak sejarah besar pada tahun 1973 perang melawan Israel untuk menggembalikan wilayah Sinai yang dicaplok Israel sejak tahun 1967. Kemenangan peperangan ini dirancang dan dipimpin langsung oleh beliau pada 6 Oktober 1973 atau yang dikenal dengan perang pada hari sepuluh Ramadhan. Akhirnya beliau wafat terbunuh pada 6 Oktober 1981.
Kekuasaan Husni Mubarak (lahir 1928) berkuasa sejak Oktober 1981 sampai sekarang. Beliau tokoh sentral yang memiliki kharismatik tinggi dikalangan angkatan udara Mesir, terlebih keberhasilan beliau sebagai komandan tempur angkatan udara ketika berhasil mengalahkan kekuatan Israel untuk merebut kembali Sinai kewilayah Mesir 6 Oktober 1973. Menjabat sebagai wakil presiden Anuwar Sadat pada 15 April 1975. Setelah wafatnya Anwar Sadat terangkatlah Husni Mubarak sebagai presiden republik Mesir pada Oktober 1981 sampai sekarang.
Beliau pemimpin yang berani, tegas namun banyak menghadapi kegagalan-kegagalan seperti tirani politik, diktator, kebijakan ekonomi Mesir semangkin terpuruk. Meskipun pembangunan wilayah-wilayah sebagai sentral tekhnologi dan bisnis seperti Tuska didirikan, pertanian terus dikembangkan, namun kebijakan ekonominya tidak mampu memberi solusi terhadap kemajuan rakyatnya terutama bagi rakyat yang miskin. Perdamaian Palestina Israel yang dijembatani oleh Mubarak selalu mengalami kegagalan. Kerjasama Mubarak dengan Israel sangat begitu besar dari pertanian, gas, informasi, tekhnologi dan ekonomi. Mesir salah satu negara yang paling besar di dikawasan Timur Tengah yang memiliki kerja sama dengan Israel. Sehingga Mubarok terkesan membuka kerjasama dengan Israel dan Amerika tidak dapat memberi solusi bagi rakyatnya apalagi terhadap kemerdekaan Palestina.
Mubarak membangun kebebasan befikir, kreasi, dan ilmu pengetahuan, namun mengekang hak-hak politik rakyatnya. Kediktatoran, nepotisme dan KKN serta sentral kebijakan politik yang dimainkan Mubarak menjadi virus yang menggerogoti kekuasaannya hingga akhir-akhir ini. Sejak tahun 2000 anaknya Jamal Mubarak sudah dipersiapkan untuk menggantikan kekuasaan beliau, namun ide yang meniru negara Syiria ini (Basyar Al Asad yang menggantikan ayahnya sebagai presiden) ternyata menghadapi dilema dan benturan yang berkempanjangan yang akhirnya seperti api dalam sekam, januari 2011 demonstrasi rakyat Mesir tak dapat dibendung, Mubarak dan kroninya harus turun..!
Kepentingan Dunia Barat
Isu sentral kawasan Timur Tengah dan dunia adalah perdamaian Palestina dan Israel. Wilayah tritorial, budaya, politik dan ekonomi negara Mesir adalah gerbong utama yang dapat menentukan apakah Palestina dapat merdeka atau tidak. Kekuatan zionis Yahudi dan peranan negara Israel tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan politik Inggris dan Amerika. Amerika dan sekutunya harus mempertahankan komunitas Yahudi Dunia dengan sebuah negara seperti Israel. Karena jika Yahudi tidak memiliki negara, ini akan berdampak besar terhadap negara-negara Eropha dan Amerika.
Sejarah tercatat masyarakat Eropa sejak lama tidak mau menerima kelompok Yahudi bagian dari rumpun rakyat mereka, namun sejak berakhirnmya perang dunia ke-II jatuhnya kekuasaan Hitler, rasisme di Eropa tidak boleh ada dan harus diberangus karena tindakan ini adalah sebagai pelanggaran HAM terbesar. Dapat kita lihat seperti Jerman, Austria, Sepanyol, Inggris, dan negara lainnya di Eropa, bahwa rakyat mereka selalu mengalami benturan dengan rumpun dan komunitas Yahudi bahkan peristiwa ini terjadi sampai sekarang ini. Dunia barat memainkan peran dengan manuver politik yang bijak, halus dan lembut untuk mengusir rumpun Yahudi secara perlahan-lahan dari kawasan mereka. Yaitu dengan mendukung keberadaan negara Israel di wilayah Arab Palestina.
Kekuatan politik Yahudi dunia dinegara-negara maju seperti Amerika, Eropa dan Rusia menitik beratkan kepada ekonomi, tekhnologi, industri, informasi dan politik. Ini merupakan senjata dan benteng yang kokoh bagi Israel untuk membelenggu dan menjerat negara-negara sekutunya terutama Amerika agar senantiasa tetap berpihak kepada mereka. Amerika tidak akan mungkin dapat melepas kepentingan Israel begitu saja. Karena kekuasaan politik, ekonomi, dan informasi Yahudi di Amerika memiliki kekuatan besar untuk menentukan kebijakan politik negara tersebut. Tidak ada politikus di Amerika berani mengeluarkan kebijakan yang merugikan Israel. Harga mati dan tawar menawar kebijakan Amerika terhadap perdamaian Palestina dan Israel akan selalu gagal jika tidak sesuai dengan pemetaan terhadap kepentingan Israel itu sendiri.
Obama dengan gombal manuver politiknya ingin menjadikan dua negara antara Palestina dan Israel yang merdeka dan berdaulat, hanya isapan jempol. Kekuatan Yahudi di Amerika adalah kerikil tajam yang membelenggu. CIA dan FBI banyak diperankan oleh tekhnokrat-tekhnokrat Yahudi handal sehingga tidak heran MOSAD badan intelijen Israel memiliki kerja sama yang erat dengan seluruh kedutaan Amerika yang ada di dunia tidak terkecuali kedutaan Amerika yang ada di Indonesia.
Kepentingan barat terhadap transisi kepemimpinan Mesir saat ini sangat menentukan. Karena jika terjadi rovolusi atau demokrasi terbuka terhadap rakyat Mesir dikhawatirkan partai oposisi yang memiliki kekuatan besar di Mesir seperti Ikhwanul Muslimin akan berkuasa, dan ini dapat membahayakan kebijakan politik Timur Tengah kedepan. Penerapan demokrasi di Mesir dan negara-negara Arab lainnya adalah racun bagi Amerika dan sekutunya karena budaya, pola pikir masyarakat negara-negara Arab secara makro tidak akan pernah tunduk terhadap kebijakan dan kepentingan dunia barat terutama Amerika.
Jika dunia Arab terutama Mesir dapat menjalankan demokrasi secara adil dan terbuka tidak menutup kemungkinan Ikhwanul Muslimin akan berkuasa. Kekuatan Ikhwanul Muslimin jika didukung dengan kekuatan mayoritas Syi’ah yang ada di Irak dan Iran, maka tongkat Hizbullah Lebanon Selatan menjadi kompas untuk meluluh lantahkan kekuatan Israel. Yang menjadi ukuran bahwa kekuatan Ikhwanul Muslimin tidak hanya di Mesir, ada di Jordania, Syiria, Lebanon, Palestina dan negara-negara Arab lainnya, bahkan ada di Indonesia.
Inilah yang ditakutkan oleh para politikus dunia baik di Amerika, Eropa dan Australia. Israel memiliki peta kekuatan yang terus bergerak dengan CIA, FBI dan Intelijen Mesir untuk menentukan kebijakan pemerintahaan transisi di Mesir, jangan sampai jatuh kepada orang-orang atau kelompok yang tidak berpihak kepada mereka. Jika Mubarak jatuh harus digantikan seperti orang-orang yang memiliki pola pikir dan cara pandang yang sama dengannya yaitu yang dapat bernegosiasi dengan Israel, Amerika dan sekutunya. Harapan Amerika yang besar sebagai pengganti Mubarak adalah Umar Sulaiman (kepala badan intelijen Mesir), Muhammad Albarada’I, atau para tokoh-tokoh kelompok aliran kiri dan sekuler, namun rakyat Mesir yang menentukan jawabannya.
Kehancuran politik Israel akan berdampak besar terhadap negara Amerika, Inggris dan negara Eropa lainnya. Dikhawatirkan krisis politik Timur Tengah ini akan menggiring kejurang yang semangkin dalam terhadap politik negara-negara dunia. Antara ijtihad dan jihad politik dunia Arab pada dekade keruntuhan Mubarak dan negara-negara tetangganya akan menjadi bom waktu terhadap perdamaian Israel-Palestina.
Palestina- Israel
Mubarok bermanuver bahwa kerusuhan demonstrasi akhir-akhri ini didalangi oleh Ikhwanul Muslimin. Pernyataan ini agar Israel, Amerika dan sekutunya mendukung rezim kekuasaannya. Kartu mati Mubarak dengan kekuatan pendukungnya dari barisan angkatan udara dan angkatan laut Mesir untuk menggiring angkatan daratnya tetap mendukung kekuasaan rezim Mubarak hanya menambah semangkin runyam. Mungkinkah Al Barada’i (mantan kepala badan Nuklir Internasional) dapat dipercaya untuk menggantikan kekuasaan Mubarak atau Amru Musa (Sekjen liga Arab, dan mantan menteri luar negeri Mesir) dapat sebagai solusi menghadapi krisis kepercayaan terhadap rezim Mubarok dan kroninya.
Tenggang waktu Februari 2011 adalah penentu akhir kebijakan Mubarok untuk meletakkan kekuasaannya (1981-2011) apakah ia akan menjadi pemimpin yang akan dikenang sebagai pahlawan, sebagaimana pendahulunya Jamal abdul Nasir dan Anwar Sadat. Jika Mubarok tidak memberikan solusi yang bijak maka reputasi, jasa dan jerih payahnya selama ini dalam membangun Mesir akan sia-sia belaka. Kekuatan Amerika dan sekutunya yang ia percaya selama ini ternyata hanya gombal laksana untaian tali yang memintal kekuasaannya selama ini laksana boneka perahan sebagai tumbal untuk kepentikan Amerika, Israel dan sekutunya di kawasan Timur Tengah. Keputusan Mubarak akan menjadi tinta sejarah yang tidak akan terlupakan oleh rakyatnya, jika akhir kekuasaannya diletakkan dengan membuka kran demokrasi terbuka dan adil bagi rakyat Mesir. Namun jika tidak, ia akan menjadi Ahram (Piramid), dan Abul Hul (Spink) yang tertanam laksana zamrud yang tak berharga.
Kemenangan Dan Kudeta
Ikhwanulmuslimin partai oposisi yang sudah eksis sejak rezim Muhammad Najib (salah satu pemimpin Mesir Revolusi tahun 1952), Jamal Abdul Nashir, Anwar Sadat. Akhirnya Ikhwanulmuslimin mampu memenangkan pemilu Presiden pada masa revormasi 2011 sejak tergulingnya mantan Jendral Angkatan Udara Presiden Muhammad Husni Mubarak (berkuasa sejak 14 Oktober 1981 hingga 11 Februari 2011). Muhammad Mursi akhirnya berkuasa memimpin Mesir untuk pertama kalinya dari kalangan Ikhwanulmuslimin. Evoria kemenangan Ikhwanulmuslimin ini dalam memerintah rakyat Mesir mendorong pemilu untuk mereverendum undang-undang Negara Mesir yang selama ini dianggap tidak sesuai dengan undang-undang syari’at Islam, yang akhirnya kemenangan yang kedua kalinya diraih oleh mayoritas pendukung Ikhwanulmuslimin. Dari kebijakan kekuasaan Ikhwanul mislimin yang berseberangan dengan konstitusi yang selama ini sudah ada akhirnya terjadi petaka kudeta oleh para petinggi meliter yang didukung para pemimpin nasionalis, sekuler dan kelompok sosialis.
Kudeta ini sudah dirancang jauh hari sebelum Ikhwanulmuslimin memenangkan pemilu yang demokratis dan akhirnya berkuasa. Israel, Inggris, Amerika dan mayoritas negara-negara barat mengkhawtirkan kekuasaan Ikhwanulmuslimin di Mesir. Karena kekuasaan Ikhwanulmuslimin di Mesir akan menjadi petaka besar terhadap keberadaan Israel di kawasan Jazira Arabia. Ini akan mengingatkan peristiwa kembalinya Sinai ketangan Mesir yang pernah dicaplok oleh Israel.
Kekhuatiran itu akhirnya Israel, Amerika , Inggris dan sekutunya mendorong dan menyusun strategi kekuatan intelijen dan mendanai kelompok-kelompok politik di Mesir untuk menggoyang dan menjatuhkan kekuasaan Ikhwanulmuslimin, yang akhirnya pada 14 Juli 2012, Mahkamah Konstitusi dan Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF), membubarkan parlemen dan Muhammad Mursi sebagai peresiden yang dipilih secara domokratis berkuasa tidak bertahan lama yang akhirnya dipaksa juga harus turun. Demonstrasi berdarah akhir-akhir ini yang terjadi di Mesir akan menjadi catatan kelam sejarah dunia dan akan menjadi bom waktu bahwa demokrasi yang diselogankan oleh Amerika dan Barat hanya bersifat ambigu dan isapan jempol belaka.
Kesimpulan
Akhir kekuasaan manuver politik Amerika dan sekutunya di Timur Tengah kuncinya adalah penegakan demokrasi yang jujur dan adil di kawasan Timur Tengah. Selagi negara-negara Arab tidak demokrasi terbuka dan adil maka seluruh kebijakan politik Timur Tengah akan mudah diatur oleh kepentingan Amerika dan sekutunya.
Indonesia sebagai negara besar Islam di dunia harus memberikan solusi dan peran dalam memecahkan krisis politik yang terjadi di negara-negara Arab khususnya Mesir. Karena pemimpin, penguasa yang menjalankan politik Mesir kedepan adalah kunci dan barometer merdeka atau tidaknya Palestina dari jajahan Israel selama ini. Kita yakin daratan sinai yang terbentang luas sebagai pintu masuk ke wilayah Palestina dan Israel adalah solusi yang tersirat antara perdamaian, kemerdekaan atau jihad. Wallahua’lam .
Oleh : KH. Ovied.R
Sekretaris Dewan Fatwa Al Washliyah Se-Indonesia, Guru Tafsir Alqur’an/Perbandingan Madzhab Fikih Majelis Ta’lim Jakarta & Direktur Lembaga Riset Arab dan Timur Tengah [di Malaysia] Hp: 021.406.208.33/ 088.885.818.84. Email: dewanfatwa_alwashliyah@yahoo.com Facebook: Buya Ovied