JAKARTA – Ketidakpedulian dan apatisme masyarakat terhadap partisipasi pemilu yang ditunjukan dengan tingginya angka golput menjadikan miris bahkan mengancam masa depan demokrasi Indonesia. Pasalnya, DCS yang dipublikasikan KPU belum maksimal dikritisi oleh masyarakat.
Menurut Wakil sekretaris Jendral Partai Bulan Bintang (PBB), hal itu terlihat dari hadirnya para caleg yang telah di rilis KPU. Karena para caleg tersebut yang akan menduduki kursi legislator di 2014.
“Ada berbagai data seperti pilkada Sumut tinggi golput sekitar 60 persen. Betapa sifat apatismenya masyarakat atau partisipasinya rendah. Berarti keterlibatan masalah kenegaraan juga rendah, dan rendanya masyarakat mengkritisi DCS ini juga banyak faktornya,” ujar Wasekjen DPP PBB, Endang Rudiatin dalan diskusi yang bertajuk ‘DCS Tak Direspon Publik, Mungkinkan Partisipasi Masyarakat Menurun?’ di Media Center KPU, Jakarta, Jumat (21/6/2013).
Rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengkritisi DCS yang dipublikasikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), menurut Endang, belum tentu masyarakat tidak mengkritisi figur-figur caleg yang disuguhkan partai politik. Namun, rendahnya partisipasi juga bisa diakhibatkan kurang maksimalnya sosialisasi DCS oleh KPU.
“Walaupun golput tinggi bukan berarti DCS tidak direspon. Sosialisasi tidak maksimal oleh KPU, kenapa medianya tidak maksimal, tulisannya kecil. Bagi Orang tidak berkepentingan akan tidak mau membaca,” terangnya.
Selain itu dirinya mengungkapkan, KPU seharusnya membuat relawan atau bentuk lain dalam memaksimalkan sosialisasi itu, sehingga masyarakat mengetahui dan merespon serta mengkritisi para caleg yang dipublikasikan oleh KPU.
“Harusnya ada relawan untuk mensosialisasikan, bisa kerjasama dengan KPUD. Masyarakat tidak semua tau soal DCS, sehingga mereka tidak merespon. Sosialisasi KPU tidak maksimal,” katanya. (gardo)