JAKARTA – Partai Demokrat dinilai tidak mampu menciptakan terobosan dalam manajemen isu konvensi untuk meningkatkan elektabilitas. Akibatnya, menimbulkan kejenuhan dalam isu konvensi yang akan digelar oleh Partai Demokrat.
“Saya menganalisis, saya menemukan, sampai bulan Juni ini ditemukan kejenuhan dalam isu konvensi partai demokrat ini,” ujar mantan anggota Dewan Pers Agus Sudibyo dalam acara diskusi Forum Wartawan Pemilu dengan tema ‘Siapakah Yang Ikut Konvensi Partai Demokrat?’ di Galeri Cafe Taman Ismail Marzuki, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.
Isu konvensi penjaringan calon Presiden yang akan dilakukan Partai Demokrat sudah muncul sejak setahun yang lalu.
“Isu ini sudah banyak diberitakan di media, teman-teman pers juga saya lihat sudah jenuh akan isu ini,” kata Agus.
Kenyataan kini, kata Agus sejumlah fungsionaris Partai Demokrat justru memberikan pernyataan kepada pers yang bertolak belakang akan isu konvensi ini. “Ada problem soliditas, dalam isu konvensi ini. Karena tak ada langkah rill, pers pun mengangkat bad news is a good news. Dicari-cari kelemahannya, skandalistik, sisi perdebatannya,” kata Agus.
Tangung Jawab Moral
Sebaliknya, Ketua DPP Partai Demokrat Kastorius Sinaga menjelaskan alasan digelarnya Konvensi Calon Presiden (Capres) 2014, yakni sebagai partai pemimpin, Partai Demokrat punya tanggung jawab moral dan politik terhadap calon pemimpin 2014 mendatang. Sebab, Ketua Umum Partai Demokrat Prsiden SBY tidak bisa ikut lagi dalam bursa pencapresan karena sudah dua kali memimpin pemerintahan.
“Pertama, SBY tidak mungkin lagi maju 2014. Lalu, karena kita sebagai partai pemenangan kita punya tanggungjawab moral dan politik. Serta realitasnya, di Demokrat sendiri tidak ada pergeseran SBY kepada satu orang di Demokrat dan karena itu dibuat tradisi baru, yaitu konvensi. Ini landasan dibuatnya konvensi,” kata Kastorius.
Kastorius mengatakan, peta politik di Indonesia saat ini juga cenderung stagnant untuk tokoh-tokoh politik yang sudah dikenal. Karena itu pula, perlu konvensi supaya bisa memunculkan capres alternatif yang lebih segar.
“Saat ini peta politiknya, ada tokoh politik yang sudah 5 tahun bekerja elektabiltasnya tetap stagnan. Ini artinya, rakyat indonesia sedang menunggu dari capres yang konvensional dan karena itu muncul ide capres alternatif Partai Demokrat untuk melakukan kovensi,” kata Kastorius. (gardo)