BERBICARA khittah, maka tidak terlepas dari history. Berbicara history maka berbicara komitmen. Membicarakan dan mempertanyakan hal tersebut bukan karena harus memiliki wujud koletif kolegial yang sesuai dengan aturan dan sifat organisasi, namun bila jauh kita tinjau ke belakang, personaliti manusia juga punya sejarah dan komitmen dalam kelahirannya. Meninjau dari hal tersebut, organisasi Ikatan Pelajar Al Washliyah memiliki sejarah dan komitmen dalam kelahirannya.
Mencermati kondisi yang terjadi beberapa waktu ini, tentang keberadaan Ikatan Pelajar Al Washliyah yang sama-sama kita ketahui dalam berita di web ini, dengan dipanggilnya pengurus PP IPA oleh PB Al Washliyah, kemudian adanya Deklarasi Majelis Pertimbangan Organisasi ( MPO ) Ikatan Pelajar Al Washliyah, kita sebagai pembaca dan pengamat mestilah bijak dalam melihat keadaan tersebut.
Sebab musabab pastilah ada dalam masalah ini. Lahirnya MPO IPA yang misinya menyelamatkan organisasi Ikatan Pelajar Al Washliyah mengungkapkan ada suatu yang terjadi dalam tubuh IPA. Dengan adanya bencana sehingga harus ada kata “menyelamatkan”. Dan sebab terjadinya musibah, pasti ada juga sebab kenapa datang musibah tersebut. Maka kita dapat melihat akar dari keadaan ini bahwa “IPA harus Back to Khittoh”. Saling mengikat antara satu sama yg lain sehingga menjadi simpul-simpul yang kuat di dalam tubuh pelajar-pelajar Al Washliyah. Hari ini simpul-simpul ikatan itu telah berserakan terurai tanpa adanya ikatan yang mengingat. Pasti karena ikatan itu telah dipegang oleh orang-orang yang tidak pandai menyimpul dan mengurai tali untuk menjadi ikatan.
Menanggapi kondisi yang terjadi dalam tubuh IPA belakangan ini, ada beberapa analisa yang saya kira menjadi pemicu atau sebab terjadinya konflik di dalam tubuh Ikatan Pelajar Al Washliyah:
1. Internal
Kekuatan internal merupakan suatu wujud yang harus dijaga untuk saling berikatan menyimpul para kader-kader Ikatan Pelajar Al Washliyah. Melihat kondisi yang ada seolah-olah para kader telah terurai dari simpulannya, seperti konflik IPA di Sumatera Utara. Tidak selamanya solusi struktural dan peraturan menjadi langkah perbaikan, tetapi pengayoman emosional lah yang harus dilakukan.
2. External
Ikatan Pelajar Al Washliyah (IPA) organisasi termuda di tubuh Al Jam’iyatul Washliyah. Keberadaan IPA di Al Washliyah seyogyanya menjadi penerus estafet dan menjaga keberadaan Al Washliyah. Kaderisasi adalah salah satu wujud yang wajib dilaksanakan.
Di luar dari pada itu, silaturahim dengan OKP dan OKPI di luar Al Washliyah memang harus selalu dijaga. Namun demi kepentingan terkhusus untuk Al Washliyah adalah kaderisasi yang harus terus menerus dilaksanakan serta pola silaturahim untuk memperkuat Al Washliyah.
Sementara demi kepentingan silaturahim Ikatan Pelajar Al Washliyah dengan organisasi di luar Al Washliyah bukan sebuah kaderisasi. Hal ini bisa dicontohkan seperti bergabungnya IPA di tubuh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Dapat di analisa bahwa ber-KNPI adalah salah satu faktor penyebab terurainya ikatan tali di organisasi IPA. Bahkan organ bagian Al Washliyah lain yang tergabung di dalam KNPI sudah nampak ikatannya terurai demi kepentingan yang berbeda-beda. Dan sehingga menjadi salah satu pemicu yang dapat menghancurkan internal organisasi ini.
Sebagai kader Ikatan Pelajar Al Washliyah, saya sangat mengharapkan dan menginginkan bahwa Ikatan Pelajar Al Washliyah menarik diri atau keluar dari KNPI dan fokus untuk kaderisasi-kaderisasi saja.
Selamatkan organisasi ini dengan hati yang bersih, selamatkan Ikatan Pelajar Al Washliyah ini dengan silaturahim yg mengedepankan Khittoh Perjuangan Ikatan Pelajar Al Washliyah.
Penulis :
Guntur Syaputra Al Karim, S.Pd.I
Ketua Alumni Latihan Kader Instruktur
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Al Washliyah