JAKARTA – Peristiwa peledakan bom bunuh diri di Mapolresto Poso yang terjadi pada Senin kemarin, dinilai Mantan Ketua Komunikasi Publik Partai Demokrat, Gede Pasek Suardika telah terjadi ketidak-efektifan terhadap program deradikalisasi.
Pasek menilai bahwa polemik yang terjadi pada wilayah bagian Sulawesi Tengah itu harus diantisipasi lebih jauh. Pasalnya konflik yang terjadi di Poso sudah terjadi lama dan berkepanjangan.
“Artinya begini, berkali-kali menangkap orang, berkali-kali menembak orang, berkali-kali ada bom bunuh diri, ada bom meledak, itu tidak menyelesaikan masalah. Karena kenapa? Poso ini sepertinya menyimpan bara yang tidak pernah padam, jadi harus dicari sumber baranya, kalau selalu dengan sistem kekerasan secara agresif apakah itu terselesaikan atau tidak. Tetapi faktanyakan tidak,” ujar Pasek menanggapi situasi bom bunuh diri di Poso, kemarin.
Pasek menjelaskan bahwa polemik Poso diperlukan yang namanya orientasi secara konperhensif. Pasalnya situasi di Poso bukan hanya masyarakat saja, tetapi polisi pun bisa terancaman.
“Karena ancaman terorisme itu beda dengan kekerasan umum, yang estalasinya bisa diukur, ini sewaktu-waktu bisa meledak, kapanpun dalam kondisi tenang ataupun dalam keramaian. Kuncinya bukan menambah aparat TNI, ataupun menambah aparat polisi, tetapi program deradikalisi total itu harus dilakukan, yakni radikalisasi, dari ideologi, sosial,” tegasnya. (gardo)