JAKARTA – Diera maraknya bisnis media massa, tak seriring dengan bertahannya rubrik kebudayaan di berbagai media massa tanah air. Sehingga kualitas dan kuantitas penulisan kebudyaan merosot tajam. Bahkan banyak media massa tidak menyediakan rubik budaya.Kondisi itulah alasan digelarnya Temu Radaktur Kebudayaan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Kemendikbud.
Ketua Departemen Film, Kebudayaan dan Parawisata PWI Pusat, Yusuf Susilo Hartono, mengatakan, tujuan dilakukanannya temu radaktur kebudayaan itu diharapkan dapat mereposisi mindset insan pers yang selama ini kurang terpublikasi oleh media cetak maupun eklektronik.
“Dengan kegiatan temu redaktur kebudayaan yang rencananya akan diikuti 100 perserta dari seluruh Tanah Air itu, sedikitnya akan bisa memperluas rubrik-rublik liputan kebudayaan, yang dapat direvitalisasi atas dukungan kerjasama abtara pemangku kepentingan, dalam hal ini pers, dan pemerinta,” kata Yusuf Hartono di Taman Ismail Marzuki Jakarta, kemarin.
Temu Redaktur Kebudayaan 2013 yang digelar selama tiga hari, (28-30/2013) di Hotel Gren Alia Cikini, Jakarta Pusat, mengambil tema “Peran dan Jaringan redaktur Kebudaayan.” Diharapkan melalui pertemuan ini jaringan informasi diantara para redaktur kebudayaan Idonesia makin slolid dan aksesnya bisa dimanfaatkan oleh institusi kebudyaan maupun stakeholder di bidang kebudayaan. (gardo)