JAKARTA – Pakar psikologi politik Universitas Indonesia Prof. Dr. Hamdi Muluk menilai dengan banyak artis menjadi calon legislatif (caleg) DPR RI dan hampir ada pada semua parpol pemilu 2014 ini, bukti bahwa partai itu pragmatis. Karena riil politik di Indonesia adalah bagaimana bisa memenangkan kursi sebanyak-banyaknya untuk DPR RI. Akibatnya kualitas, kapabilitas, ideologi, dan nasionalisme caleg itu menjadi nomor yang terakhir..
“Parpol itu kini hanya berpikir bagaimana caleg itu kemungkinan besar bisa terpilih secara instan. Ini dilematis politik Indonesia. Harusnya parpol selektif dengan mencalegkan orang-orang yang berkualitas. Hanya saja orang yang berkualitas itu tak sepopuler artis. Untuk itu harus ada sanksi untuk tak pilih parpol pragmatis,” tandas Hamdi Muluk dalam acara talk show DPD RI “Caleg selebritas Vs caleg berkualitas” bersama Poppy Darsono (anggota dan caleg DPD RI), dan caleg PDIP DPR RI Dapil II Papua di Gedung DPD/MPR RI Jakarta, Jumat (3/5/2013 ).
Selain itu lanjut Hamdi, logika parpol itu dengan mencalonkan artis, maka tak perlu lagi menyosialisasikan ke masyarakat karena sudah terkenal. Dan dengan popularitasnya tersebut katanya, parpol yakin para artis itu akan terpilih. “Apalagi perilaku pemilih Indonesia itu tak lagi melihat parpol, melainkan figur caleg. Seharusnya, parpol itu tak boleh pragmatis, tak bisa gegabah dengan menempatkan orang sebagai caleg seenaknya,” katanya menyarankan.
Menurut Hamdi, caleg artis tersebut hanya dimanfaatkan untuk pendulang suara atau vote getter. Demikian pula dengan caleg akademisi, pengusaha, dan tokoh masyarakat lainnya, apakah sudah memenuhi kriteria sebagai wakil rakyat atau tidak sebagai legislator? “Kalau tidak, baik artis maupun bukan artis, maka tidak usah dipilih. Itulah sanksi paling efektif bagi rakyat. Sebab, di negara maju legislator itu terhormat dan mulai karena harus menjalankan tugas yang berat dan mulia demi kepentingan bangsa dan negara,” paparnya.
Hamdi menyayangkan dengan munculnya berbagai caleg belakangan ini. Selain artis dan orang-orang yang dianggap tidak memenuhi kriteria sebagai wakil rakyat di tengah tantangan negara yang berat ke depan, ada juga anak kemarin sore yang baru lulus sarjana nyaleg DPR RI. “Masak anak kemarin sore baru selesai kuaiah sudah nyaleg DPR RI. Ini harus kita kritisi,” tegasnya.