JAKARTA – Kesejahteraan guru Al Washliyah di seluruh Indonesia masih memprihatinkan. Hal itu hendaknya menjadi tanggungjawab organisasi dan umat Islam Indonesia, kata Ketua Majelis Amal Sosial Pengurus Besar Al Washliyah, H.Syamsir Bastian Munthe, di Jakarta, Kamis (2/5/2013).
Menyambut Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada 2 Mei, Al Washliyah sebagai organisasi besar di Indonesia harusnya mengintrospeksi diri, terutama pada bidang pendidikan, sosial dan dakwah. Terus terang, kata Syamsir, tingkat kesejahteraan guru atau ustad dan ustazah, dosen, petugas panti sosial di lingkup pendidikan Al Washliyah belumlah menggembirakan. Bahkan masih banyak di bawah honor minimum, mulai di tingkat ibukota hingga daerah terluar.
Kebanyakan guru, dosen dan petugas sosial Al Washliyah, lanjut Syamsir, tidak dapat mengandalkan kesejahteraannya di lembaga pendidikan atau lembaga sosial milik Al Washliyah. Karena apa? Mereka secara materi tidak mendapatkannya di organisasi ini. Namun demikian, semangat mereka tidak pernah padam untuk menggerakkan organisasi ini sesuai dengan bidang pengabadiannya masing-masing. “Mereka banyak beramal dan bekerja ikhlas melalui organisasi, sementara organisasi tidak bisa memberi apa-apa kepada mereka.”
Potret yang demikian, menurut Syamsir, terus mewarnai perjalanan dunia pendidikan dan lembaga sosial Al Washliyah, dari tahun ke tahun, padahal Al Washliyah sudah berusia 82 tahun. Itu berarti lebih tua dari usia Kemerdekaan RI ini. “Solusinya adalah meningkatkan kepedulian dan keterlibatan umat untuk kemajuan organisasi ini. Sesungguhnya, tingkat kesejahteraan guru hingga dosen di Al Washliyah maish jauh dari harapan.”
Pimpinan Al Washliyah di berbagai tingkatan, kata Syamsir, hendaknya menyatukan visi dan misi guna meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan dan lembaga sosialnya. “Majelis pendidikan, dakwah, sosial dan majelis yang terkait harus membicarakan ini secara terkoordinasi. Yang penting implementasinya bukan kajian di atas kertas.” (esbeem)