JAKARTA – Dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sering partai politik (parpol) memberikan dukungan ganda terhadap calon tertentu. Dukungan ganda tersebut bisa saja karena tujuan pragmatis semata.
“Partai tidak hanya mengusung satu calon, ada dukungan ganda, bisa karena lebih pragmatis,” ujar Koordinator Sigma, Said Salahudin dalam diskusi dengan tema Perilaku Buruk Parpol dalam Pilkada, di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (17/4/2013).
Sahid mengatakan, perilaku parpol bukan semakin membaik, sebaliknya semakin memperlihatkan. Menurutnya, pendidikan politik dalam partai tersebut tidak berjalan efektif.
Dukungan ganda bisa terjadi karena konflik internal dalam parpol, sehingga pengurus partai memiliki pandangan politik berbeda. Tapi ada juga partai politik sengaja membuat skenario atau sandiwira konflik internal hanya untuk kepentingan pragmatis. “Seperti rekayasa saja, ketua main sana, sekjennya main sana, ini lebih berbahaya, kalau konlfik masih ada penyelesainnya,” kata dia.
Dukungan ganda oleh partai politik bisa disinyalir hanya untuk mendapatkan keuntungan, sehingga bisa mendapatkan keuntungan dari berbagai calon, tidak hanya satu pasangan calon. “Ada faktor pragmatisme, untuk mendapatkan uang sewa perahu, saya akan usung tapi ongkosnya segini, atau pasca setelah pemenangan,” katanya.
Sahid mengingatkan, bahwa jika salah satu Ketua Umum Parpol sudah pindah ke partai lain untuk menjadi Caleg, maka gugurlah dirinya sebagai Ketua Umum di parpolnya. “Sehingga Ketua Umum tersebut tidak bisa lagi menandatangi SK atau dukungan ke calon yang ingin bertarung dalam Pilkada,” katanya. (gardo)