MEDAN – Majelis Amal Sosial Pengurus Besar Aljam`iyatul Washliyah (PB Al Washliyah) menyesalkan terjadinya bentrok pengungsi Myanmar di rumah detensi Imigrasi (Rudenim) Medan, Jalan Selebes, Belawan, Sumatera Utara, hingga menewaskan 8 orang.
Sekaligus, Washliyah juga mempertanyakan sejauhmana system pengaman pengungsi di rumah imigrasi yang kelola oleh negara ini.
“Sungguh kejadian yang memalukan. Di Rumah milik negara kok terjadi bentrok hingga menewaskan 8 orang,” kata Ketua Majelis Amal Sosial PB Al Washliyah, H.Syamsir Bastian Munthe, di Jakarta, Jumat (5/4/2013) pagi.
Syamsir mendesak petinggi Imigrasi dan Kemenkumham memberi penjelasan yang terinci kepada masyarakat dan dunia internasional atas peristiwa ini. “Kenapa bisa bentrokan terjadi di rumah Imigrasi? Ini yang membuat saya gak habis pikir. Karena itu, perlu instansi terkait dan kemenlu mengungkap ini hingga tuntas.”
Seperti dikutip dari laman Poskotanews.com, bentrok antar kelompok imigran kaum muslim dan kelompok kaum Budha Myanmar terjadi di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Medan, Jalan Selebes, Belawan, Sumetera Utara, Jumat (5/4/2013) sekitar pukul 01.30 Wib dinihari.
Dalam peristiwa itu sebanyak 8 warga pengungsi negara Myanmar tewas dan jenazah berada di RSU Pirngadi Medan.
Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Raden Heru Prakoso, ketika dihubungi Pos Kota melalui sambungan selular membenarkan kejadian itu.
Dijelaskan Heru, diduga motifnya dipicu akibat dendam dari kedua kelompok tersebut. Alat yang digunakan dalam pertikaian tersebut tangan dan serpihan tempat tidur.
“Korban tewas ada delapan orang dan yang luka ada sekitar 15 orang, seluruhnya warga Myanmar,” kata Heru.
Guna mengantisipasi bentrok meluas puluhan aparat kepolisian diturunkan ke lokasi. Para korban tewas masing-masing Ayen Min,23, Myo Coo,20, Aung Thu Winm,24, Aung Than,44, Min-Min,24, Win Tan,32, Nawe,23 dan Sam Iwin,45. (esbeem)