YANG saya hormati, Bapak/Ayahanda/Kanda Ketua Umum Pengurus Besar Al-Washliyah dan jajarannya. Sebelumnya saya memperkenalkan diri, nama saya Muhammad Zain Al-Hudawi, saya tamatan Al-Qismul Ali Al-Washliyah, Jalan Ismailiyah No. 82 Medan, Sumatera Utara. Saya sekarang sedang melanjutkan studi saya di Tarim, Hadhromaut, Yaman di Universitas Al Ahgaff. Saya dulu dibesarkan di Panti Asuhan Al-Washliyah selama delapan tahun dari tahun 2001 sampai tahun 2009.
saya sangat senang dengan perkembangan Al-Washliyah sekarang ini meskipun di Kota Tarim ini tidak banyak yang mengenal nama Al-Washliyah kecuali beberapa orang yang memang benar-benar tamatan Al-Washliyah, karena kebanyakan teman-teman yang disini adalah orang-orang NU (Nahdhotul Ulama). Kader Al-Washliyah yang berada di Universitas ini cuma 3 orang, karena sedikitnya jumlah itulah yang menyebabkan kami tidak bisa membentuk IPA (Ikatan Pelajar Al Washliyah) disini.
Tujuan saya adalah ingin memperbanyak kader Al-Washliyah yang belajar di Timur Tengah khususnya di Hadhromaut ini, khususnya lagi di Universitas Al-Ahgaff, karena banyak kesaamaan antara Al-Washliyah dan Universitas Al Ahgaff baik itu dari segi pemahamannya (Sufi-Sunni) dan juga mazhabnya (Ahlussunnah Wal Jama’ah).
Saya hanya ingin mengajak Ketua Umum Al-Washliyah agar mau bekerja sama dengan Ketua Perwakilan Al Ahgaff Indonesia Habib Hasan Al-Jufri, di Cirebon, Jawa Barat, (Alamat lengkapnya ada di Kantor PB Al Washliyah Jakarta), agar mau melaksanakan tes ke Al Ahgaff di Lingkungan atau di sekolah-sekolah Al-Washliyah yang ada di Indonesia, khususnya di Medan.
Karena biasanya tes yang di lakukan Al-Ahgaff di Indonesia hanya di pesantren-pesantren yang ada di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi tanpa ada kerjasama dengan Al-Washliyah sedikit pun, padahal kita tahu bahwa Al-Washliyah ini adalah Organisasi tersebar dan terbesar di Indonesia setelah NU dan Muhammadiyah.
Tahun lalu pernah saya tawarkan ke beliau dan sepertinya beliau punya tanggapan yang baik namun karena komunikasi kami kurang jadi sampai sekarang tidak pernah saya tanyakan lagi ke Habib Hasan Al Jufri, bagaimana kelanjutannya, apakah beliau mau untuk menjadwalkan tes ke Universitas Al-Ahgaff di kalangan Al-Washliyah atau tidak. Karena tahun lalu untuk tes ke Ahgaff yang di Sumatera diadakan di Palembang dan Medan di Pesantren AlKautsar.
Demikianlah surat ini saya sampaikan, sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih.
Wassalam
Muhammad Zain Al-Hudawi
Universitas Al Ahgaff
Tarim, Hadhromaut
Yaman, Timur Tengah
Dinda Zain, saya merasa terharu dengan surat terbuka yang dinda tulis. Usaha yang dinda lakukan cukup baik untuk mengingatkan Pembesar AW untuk lebih perhatian terhadap jaringan ulama AW dengan Timur Tengah. Dulu konon ceritanya ijazah Qismul Ali dan Muallimin pernah muadalah di al-Azhar -Saya pernah belajar di al-Azhar, mungkin Abizal pernah jadi guru dinda di Qismul Ali beliau itu teman saya di Mesir dan kami masih menggunakan ijazah AW untuk masuk ke al-Azhar- namun saat ini tidak ada satu pun ijazah AW yang diihtiraf di LUAR NEGERI, berbeda dengan zaman kepemimpin ulama-ulama AW seperti M. Arsyad Thalib Lubis dan Nukman Sulaiman yang mempunyai jaringan ke Mancanegara, dengan sepucuk surat maka pelajar AW akan diterima di universitas yang dituju seperti Universitas Islam Madinah, Universitas Ummul Qura Makkah dan Univesitas al-Azhar. Dinda jangan berkecil hati kalau Universitas Ahgaff, sepi dari anak-anak AW, kami pernah mendirikan Pimpinan Cabang Istimewa AW di Cairo, namun PB hanya bangga dengan keberadaannya saja dengan memasukkan ke dalam peta AW, namun tidak pernah berkomunikasi baik dunia maya maupun dunia nyata. Saya bangga dengan cita-cita dinda yang mempunyai harapan besar kalau AW lebih perhatian lagi dengan tradisi keulamaan AW yang hampir redup dan lama-lama akan padam. Cerita ini bukan saya buat-buat tapi berdasarkan penelitian saya dilapangan, dan tulisan ini akan abadi dalam disertasi saya yang berjudul “Tradisi Keulamaan Al-Jam’iyatul Washliyah Sumatera utara”. Teruslah berjuang jangan pernah menyerah. Salam dari Australian National University of Canberra. Muhammad Rozali.