PADA Maret tahun 2013 ini, Aljam`iyatul Washliyah (Al Washliyah) kehilangan seorang aktifis organisasinya, seorang kader yang berwatak dinamis yang senantiasa tampil bagaikan tokoh muda sampai akhir hayatnya, tetap bersemangat dan berapi-api jika tampil di podium, walau sesungguhnya belakangan usianya sudah memasuki usia sangat senior berkepala enam, namun gayanya tetap sama seperti masa mudanya. Dialah yang bernama M. Yusuf Pardamean, tutup usia 64 tahun.
Sejak generasi angkatan 66 hingga saat ini ada beberapa orang aktifis organisasi didapati yang berperawakan dinamis sampai akhir hayatnya yang senantiasa menampilkan diri bagaikan tokoh pemuda meski sudah berusia 50 dan 60 an, salah satu di antaranya adalah almarhum Yusuf Pardamean yang cukup dikenal di kalangan Al Washliyah, gaya ini mirip tokoh kader Al Washliyah seperti almarhum Hasran Nasution, Anas Tanjung dan beberapa tokoh lainnya.
Gaya ini berbeda dengan tokoh para pendiri Al Washliyah di era zaman Belanda tahun 30 an dan era angkatan 45. Mereka sejak awalnya sudah terkesan tampil kebapaan walau sesungguhnya usia mereka masih relatif muda ketika itu dan tampil sebagai tokoh kharismatik sejak menjadi pengurus Al Washliyah sampai akhir hayatnya, mungkin beda zaman beda gayanya.
Saya mengenal Yusuf Pardamean sudah sejak lama, lebih dari 30 tahun yang lalu saat aktif-aktifnya kegiatan pengkaderan Ikatan Pelajar Al Washliyah dan organ bagian lainnya di Sumatera Utara sekitar tahun 1975-1985, tapi saya tidak terlalu dekat dan akrab bergaul dengan beliau, karena saya lebih banyak aktif di Ikatan Pelajar Al Washliyah (IPA), posisinya lebih junior dan usia kami juga berbeda 10 tahun.
Beliau dikenal dengan semangatnya yang berkobar-kobar dalam berorganisasi, beliau asalnya juga pernah di kader di organisasi pelajar PII dan pola kader itu dibawanya ke Al Washliyah saat mengkader dan gaya memimpin sidangnya dalam berbagai kesempatan di Al Washliyah juga terbawa dengan gaya aktifis pada periodenya masa itu.
Sidang Muktamar Al Washliyah ke-20 tahun 2010 menjadi kenangan terakhir. Karena kepiawaiannya dalam memimpin sidang menghadapi dinamika lapangan dan gemuruhnya suara peserta sidang, maka Almarhum selalu dipercayakan untuk memimpin sidang terutama sidang yang menghadirkan banyak kelompok organisasi bagian Al Washliyah yang berbeda beda wataknya. Diakui banyak orang karena beliau suaranya cukup keras, tidak mundur dalam perdebatan sengit dipersidangan, dengan kemampuan membuat argumentasi yang logis, maka ia selalu dapat mengendalikan suasana ricuh yang timbul dalam persidangan.
PIMPIN SIDANG
Pada Sidang Muktamar Al Washliyah ke-20 tahun 2010 yang diadakan di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, saat usia almarhum sudah mencapai 60 tahun, ia masih diberi kepercayaan untuk tampil memimpin sidang Muktamar, rupanya itu menjadi kenangan terakhir buat almarhum dan buat Al Washliyah sendiri.
Kita saksikan belakangan ini ada kecenderungan kalau sidang Muktamar Al Washliyah berlangsung selalu saja ada suasana gaduh, ada permainan dalam mendekati para pemilik suara, namun muktamar kali ini meskipun PB Al Washliyah saat itu dalam suasana sedemikian rupa, tetapi suasana Muktamar menjadi lain di luar perkiraan, suasana cukup tenang dan sidang berjalan dengan mulus tanpa ada gangguan berarti. Walau ada satu dua orang pada saat itu mulai mengeraskan suaranya saat sidang berlangsung, tapi peserta lain ikut mengamankannya, bahkan menuduh peserta yang mau ricuh itu tidak menggambarkan watak asli orang Al Washliyah.
Memang di antara tokoh-tokoh Al Washliyah yang hadir ketika itu umumnya berniat untuk mengawal jalannya muktamar dengan sukses dan membuat muktamar menjadi sejuk, walau banyak calon ketua umum yang muncul ketika itu tapi tidak satupun calon yang berambisi harus dia yang tampil dan terpilih dengan melakukan upaya jegal menjegal, semuanya dalam rangka berpartisipasi untuk memeriahkan dan membesarkan nama Al Washliyah dan semua ikhlas siapa saja yang terpilih akan didukung.
Ada lima orang wakil yang dipilih untuk menjadi pimpinan sidang dan anggotanya, saya termasuk salah seorang anggota pimpinan sidang yang selalu duduk berdampingan di sebelah Almarhum Yusuf Pardamean, seperti biasanya beliau memimpin sidang dengan gaya khasnya, namun kali ini beliau tidak mengalami kesulitan, karena serangan keras dari peserta yang membuatnya harus susah payah mengenadalikan suasana sidang, dengan demikian saat itu sidang berjalan dengan mulus dan dengan tenang mengantarkan Almarhum Prof.Dr.H. Muslim Nasution sebagai Ketua Umum PB Al Washliyah Periode 2010-20015 dan Dr. H.Yusnar Yusuf sebagai wakilnya.
Penulis: H. Abdul Mun’im Ritonga, SH, MH.