JAKARTA – Arus informasi yang begitu deras dan terbukanya berdampak negatif terhadap prilaku generasi muda dan masyarakat. Baik lewat media cetak, internet, TV, film, SMS, MMS dan media elektonik lainnya. Kondisi itu kian parah dengan tidak adanya saringan atau menghambat arus informasi yang begitu terbuka.
Bagi masyarakat Indonesia, yang mayoritas beragama Islam, diperlukan ketahanan akhlak untuk bisa membetengi diri generasi muda. Jika tidak , geransi muda berada di ujung tanduk.
Demikian dikatakan Ketua Mejelis Pendidikan Pengurus Besar Al Jamiatul Washliya (PB Al Washliyah) Drs. Ismail Effendi, M.Pd saat dihubungi Kabar Washliyah, Kamis, (14/3/2013).
“Pada hakikatnya semua manusia sama. Yakni, mempunyai keyakinan masing-masing. bagi kita umat Islam, yang diperlukan ketauladanan dan akhlak yang berkiblat pada Al Qur’an dan hadits,” katanya.
Ismail mencontohkan, berbagai tayangan film dan musik yang setiap harinya terus ditayangkan dari berbagai stasiun TV lokal maupun asing, kini sudah menjadi tontonan biasa bagi masyarakat. Kenyataan itu membuat generasi muda terbuai dan hanyut denga tayangan seronok, percintan dan kesadiasan sehingga lupa akan batasan-batasan yang seharusnya tidak layak ditonton.
“Banyak tayangan seperti itu, seharusnya ada kontrol dari pemerintah dan masyarakat,” kata Ismail dengan nada kecewa.
Terlalu seringnya masyarakat disungguhi tayangan asing (produski luar-red), membuat anak bangsa tidak lagi kenal tokoh lokal. Sebaliknya, lanjut Ismail, remaja lebih menyukai dan menidolakan tokoh asing.
“Tidak bisa dibantah, kalau saat ini para remaja menyukai tayangan hiburan. Tapi, harus ada kontrol dari orang tua, jangan orang tua juga asyik duduk bareng menonton film yang seharusnya tidak boleh dikonsumsi anak mereka,” katanya.
Untuk mencegah generasi muda, termasuk kader Al Washliyah yang masih pelajar, Ismail meminta kepada Kemendikbud dan Kementerian Agama RI agar serius untuk menangani masalah ini. Sebab katanya, jika dibiarkan, bukan tidak mungkin anak bangsa akan terjerumus.
“Semestinya, Kemendikbud dalam kurikulum 2013 ini, ada integritas dalam setiap mata pelajaran. Selain itu, ada korelasi pendidikan dengan nilai-nilai religius,” paparnya.
Dalam mewujudkan pendidikan dan religi menyatu dalam mata pelajaran, tidak semudah membalik tangan. Harus disiapkan tenaga pendidik yang berkwalitas. “Agar mndapatkan generasi muda yang tangguh dan bertakwa, maka diperlukan trenaga pendidik yang berkwalitas juga,” tutup Ismail. (Bahri Azwan Hasibuan/gardo)